Andaikan Aku Punya Mesin Waktu


Libur panjang biasanya identik dengan jalan-jalan. Akan tetapi gue sering kali memilih menghabiskan waktu liburan dengan menonton film, mengingat kondisi jalanan dan tempat hiburan akan sangat ramai. Terkadang kalau libur tapi belum siap film baru untuk ditonton ya paling ulangi lagi tontonan lama.
Ada tontonan yang beberapa kali gue tonton, yaitu Proposal Daisakusen. Sebenarnya ini bukan film sih, tapi drama Jepang yang dirilis tahun 2007. Sudah cukup lama. Kenapa dorama yang memiliki 20 episode ini sering gue tonton, karena konsep ceritanya bisa dibilang sangat unik. Ken, sang pemeran utama pria diceritakan kembali ke masa lalu melalui foto-foto dalam sebuah slide yang ditayangkan di pesta pernikahan Rei, perempuan yang disukainya sejak zaman SD.
Gue juga jadi suka membayangkan untuk kembali ke masa lalu. Ke momen-momen di mana seharusnya gue menyatakan cinta pada seorang gadis, hahaha. Agak geli. Omong-omong, beberapa waktu lalu gue dapat tautan Youtube sebuah lagu berjudul Mesin Waktu dari grup musik Savari. Kalau mau tahu, kamu bisa kamu buka tautan ini.

(Gambar: instagram.com/savari.id)

Ya, inti lagunya mirip dengan kisah dorama itu, di mana seseorang memiliki keinginan kembali ke masa lalu untuk meraih cintanya yang dulu. Ia menyesal karena tidak punya nyali mengungkapkan cintanya. Lalu ia pun berandai-andai mempunyai mesin waktu. Duh, pasti banyak banget nih yang punya kisah serupa. Hahaha.
Musiknya asik banget sih, modern pop gitu. Gue setelah mendengar lagu ini otomatis berdendang sendiri sepanjang perjalanan Jatinangor-Bandung-Lembang. Musik dan liriknya tetiba muncul di pikiran, meski masih sedikit ngaco karena waktu itu masih belum hapal. Hehehe.
Namun rasanya tak cukup hanya membahas lagu tersebut, karena menariknya, ternyata grup musik Savari ini memiliki konsep yang unik. Dalam beberapa media promonya, Savari hanya menonjolkan tiga karakter binatang berupa animasi. Gue pikir itu hanyalah konsep dari video klip yang akan diluncurkan nantinya. Eh ternyata konsep grup musik Savari memang menampilkan tiga karakter itu, yang rupanya memiliki nama Baba, Dinggo, dan Cimpala.
Karakter Baba digambarkan sebagai seekor babi yang meskipun besar dan gahar, tapi ia pemalu dan polos. Kecintaannya terhadap lingkungan di semesta ini membuat ia berusaha untuk berbuat ramah, rajin menolong, dan setia kawan. Sementara itu, Dinggo sebagai seekor anjing memiliki jiwa petualang yang besar, tak heran sosoknya digambarkan pemberani, sok jagoan dan temperamental. Akan tetapi ia tetap makhluk yang baik. Lain lagi dengan Cimpala, monyet yang terkenal licik, usil, dan cerdik. Meski begitu bukan berarti ia jahat. Uniknya ia senang dengan segala hal berbau sains.
Melihat mereka, otomatis ingatan tertuju pada grup musik asal Inggris, Gorillaz, yang juga menerapkan konsep virtual band pada 1998 dengan empat karakter fantasi. Gorillaz bertahan cukup lama di blantika musik internasional dan menyabet beragam penghargaan. Bahkan mereka berhasil mendapat titel Most Successful Virtual Band dari Guinness World Record.
Langkah yang dilakukan Savari, dan label MaharkaryaInc, untuk membuat konsep seperti ini merupakan langkah yang terbilang berani. Selain karena mereka menjadi grup musik virtual pertama di Indonesia, kemungkinan besar orang-orang akan membandingkan Savari dengan Gorillaz. Namun rasanya Savari tidak perlu khawatir untuk terus maju dan membuktikan eksistensi mereka melalui karya-karya yang ciamik. Hal ini sudah dibuka dengan single Mesin Waktu.
Saya akan menunggu video klip mereka seperti apa dan bagaimana jika mereka tampil di layar kaca atau di acara penghargaan sewaktu-waktu, hehehe. Sudah saatnya Savari membawa mesin waktu mereka ke masa depan.