Postingan ini bukan berisi review film.
Gua, Muhammad Hafizhuddin, bukanlah golongan anak gaul yang
senang nonton film terbaru di bioskop. Kalau pun ada film yang kepingin banget
ditonton, gua gak maksain. Contohnya waktu film Negeri 5 Menara atau Perahu
Kertas tayang, gua udah rencana pengen banget nonton di bioskop, eh tapi
ujung-ujungnya gak jadi.
Mungkin kalian udah pernah baca beberapa postingan gua
tentang film dan bioskop. Iya, film yang terakhir gua tonton di layar lebar adalah
Transformers 3. Tapi itu sebelum gua ketemu temen-temen yang dengan mudahnya
ngajak gua nonton ke Twenty One dua kali dalam rentang waktu lima hari.
5cm memang film yang membuat gua tergiur untuk hadir
menonton bareng puluhan orang dalam satu studio. Apalagi gua sempet ikut
roadshow-nya pas cast 5cm datang ke Fikom Unpad. Tapi seperti yang udah dikatakan, sebagaimana pun besarnya keinginan untuk nonton, gua gak akan
maksain. Kalau kelewat, film-nya juga nanti bakal tayang di tv swasta.
Jumat (15/12), seabis kelarin event-nya @dJATINANGORnews, gua diajak buat nonton 5cm di Jatos, mall tersohor se-Jatinangor. Tapi temen-temen belum ada yang beli tiketnya padahal udah pukul 7 malam. Gua ga yakin bisa dapet tiket hari itu, karena kabarnya di seantero nusantara, studio yang tayangin 5cm keisi penuh terus.
Gua yang masih hopeless pun memutuskan untuk
main PES, sampai pada akhirnya gua di sms dan ditelfon suruh berangkat ke
Twenty One karena tiket sudah didapat untuk yang tayang pukul setengah 10
malem. Ngeliat jam menunjukkan pukul sembilan sekian, gua pun lari nyusul temen-temen
yang udah nunggu di sana.
Akhirnya ditontonlah film 5cm itu bareng Alif, Wildan, Andi, Key,
Hani, Sasha, dan Aisyah. Filmnya keren. Peran Zafran, Genta, Arial, Ian, Riani,
dan Dinda memukau. Humornya terlihat natural, pesan moralnya asik,
terutama tentang cinta tanah air. Banyak dialog yang bagus untuk dikutip. Yang
jelas begitu selesai nonton, suasana dalam film kami visual kan di dunia nyata.
Hari Selasa (19/12), gua tertidur di kosan Azis akibat suntuk
mengerjakan tugas makalah yang belum selesai. Setelah bangun dan sholat
maghrib, gua tiba-tiba disuruh siap-siap buat nonton ke Jatos (lagi). Bathin gua menolak karena
mengingat makalah yang belum selesai padahal untuk dikumpulkan besoknya. Sial, tiket yang ternyata buat nonton Silent Hill itu udah dipesen.
Jam setengah delapan, katanya. Gua cengengesan meratapi nasib.
Sampai Twenty One, ternyata tiket belum ada, dan baru
dipesan setelah berunding apakah jadi nonton Silent Hill atau nonton 5cm lagi. Gua
merasa dikerjain. Pukul sembilan malam adalah waktu untuk kami menonton ‘Bukit
Sunyi’.
Sementara itu di kosan, tugas makalah gua melambai-lambai
minta perhatian. Ciyan kamuh.
Daftar tersangka yang menjerumuskan gua hari itu adalah
Wildan, Alif, Azis, Hani, Key, Arin, dan Audi. Hanya kami dan tiga orang tak
dikenal yang ada di studio malam itu. Ternyata film-nya tidak semenyeramkan
yang dibayangkan. Lebih banyak efek kejutnya. Ditambah sound yang terasa
terdengar lebih keras gara-gara sepinya studio. Membuat lengan gua menjadi
korban garukan-garukan Key, si psikopat yang penakut. Hahahaha. *dicakar*
Yang jelas begitu selesai nonton, (lagi-lagi) suasana dalam
film kami visual kan di dunia nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar