Masalah mendapat libur panjang adalah ketika gak punya rencana buat jalan-jalan. Pasti lo juga (terutama yang mahasiswa-mahasiswi) ngerasain kan kalo libur panjang gini bosen gak ngapa-ngapain, pengennya masuk kuliah, tapi pas lagi kuliah malah pengen libur panjang. Luar biasa ngeselin. Gua emang bukan orang yang terbiasa traveling kalo liburan. Biasanya cuma hibernasi di rumah. Kurang produktif aja gitu.
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tradisi Juara dan Regenerasi
Di gelaran SEA Games tahun ini, tim bulutangkis putri Indonesia kembali gagal mempersembahkan medali emas. Di final mereka dikalahkan Thailand 3-1. Hanya pasangan Nitya/Anneke yang mencuri poin melawan ganda Thailand, Aroonkesorn/Kunchala.
Tapi hal positif ditorehkan tim putra Indonesia malam tadi (15/11). Bermain di hadapan ribuan suporter yang memadati Istora, Tommy Sugiarto dkk. berhasil menyumbang emas dengan mengalahkan tim putra Malaysia 3-1 di final. Ini sekaligus mempertahankan raihan mereka di SEA Games 2009 lalu di mana saat itu mereka meraih medali emas dengan menghadapi lawan yang sama di final.
Poin Indonesia disumbangkan oleh Simon Santoso di partai pertama dengan menumbangkan Daren Liew dua set langsung, 22-20 dan 21-12. Pertarungan sengit dan menegangkan terjadi ketika Bona/Ahsan berjuang keras menghadapi pasangan Malaysia, Lim/Goh. Bermain hingga set ketiga, Bona/Ahsan harus mengakui keunggulan lawannya 21-18, 15-21, 25-23.
Dengan dukungan dan teriakan 'Ayo Indonesia Bisa!' dari suporter yang hadir, Tommy Sugiarto melibas perlawanan Moh. Arif dalam permainan dua set 21-13 dan 21-17. Kemenangan Indonesia sendiri ditentukan oleh pasangan Kido/Hendra dengan mengganyang Mak Hee Chun/Ong Soon Hock lewat dua set, 21-10 dan 21- 14 dalam waktu setengah jam.
Malaysia yang di tahun ini tidak membawa Lee Chong Wei, mempercayakan posisi-posisi utama kepada pemain muda. Mereka bertaruh untuk regenerasi, tentunya demi masa depan perbulutangkisan di negeri jiran tersebut. Indonesia sendiri masih mempercayakan pemain-pemain langganannya seperti Simon ataupun Kido/Hendra. Bahkan Taufik Hidayat pun masih dimainkan ketika berhadapan dengan Thailand di semifinal.
Sudah saatnya Indonesia memunculkan lagi atlet-atlet berkualitas lainnya terutama untuk tunggal baik putra maupun putri. Simon Santoso, pemain muda yang sebenarnya cukup menjanjikan. Hanya saja performanya yang angin-anginan membuat ia tampak belum bisa menjadi andalan. Tommy Sugiarto dan Hayom Rumbaka mungkin tinggal menunggu waktu saja. Sedangkan di ganda putra, Bona/Ahsan sudah mulai menggeser dominasi Kido/Hendra. Di belakangnya masih ada Ryan/Angga yang cukup memukau di Indonesia Open beberapa bulan lalu.
Sementara untuk putri, belum ada generasi emas yang mampu tampil apik seperti Susi Susanti atau Ivana Lie. Maria Kristin dan Adriyanti Firdasari belum bisa berprestasi. Mereka lebih sering berkutat dengan cedera. Sementara pemain muda seperti Maria Febe, Linda Weni, atau Ana Rovita penampilannya tidak menonjol. Di posisi ganda putri mungkin lebih baik. Di sana terdapat nama-nama seperti Vita Marissa, Lilyana Natsir, maupun Greysia Polii. Tapi generasi setelahnya masih belum muncul.
Kita menunggu lahirnya pemain-pemain yang akan menjadi andalan Indonesia untuk meruntuhkan hagemoni pemain-pemain China di dunia bulutangkis ini. Tentunya dengan pembinaan yang terkontrol dan juga menambah jam terbang atlet-atlet muda. Ayo Indonesia Bisa!
Tapi hal positif ditorehkan tim putra Indonesia malam tadi (15/11). Bermain di hadapan ribuan suporter yang memadati Istora, Tommy Sugiarto dkk. berhasil menyumbang emas dengan mengalahkan tim putra Malaysia 3-1 di final. Ini sekaligus mempertahankan raihan mereka di SEA Games 2009 lalu di mana saat itu mereka meraih medali emas dengan menghadapi lawan yang sama di final.
Poin Indonesia disumbangkan oleh Simon Santoso di partai pertama dengan menumbangkan Daren Liew dua set langsung, 22-20 dan 21-12. Pertarungan sengit dan menegangkan terjadi ketika Bona/Ahsan berjuang keras menghadapi pasangan Malaysia, Lim/Goh. Bermain hingga set ketiga, Bona/Ahsan harus mengakui keunggulan lawannya 21-18, 15-21, 25-23.
Dengan dukungan dan teriakan 'Ayo Indonesia Bisa!' dari suporter yang hadir, Tommy Sugiarto melibas perlawanan Moh. Arif dalam permainan dua set 21-13 dan 21-17. Kemenangan Indonesia sendiri ditentukan oleh pasangan Kido/Hendra dengan mengganyang Mak Hee Chun/Ong Soon Hock lewat dua set, 21-10 dan 21- 14 dalam waktu setengah jam.
Malaysia yang di tahun ini tidak membawa Lee Chong Wei, mempercayakan posisi-posisi utama kepada pemain muda. Mereka bertaruh untuk regenerasi, tentunya demi masa depan perbulutangkisan di negeri jiran tersebut. Indonesia sendiri masih mempercayakan pemain-pemain langganannya seperti Simon ataupun Kido/Hendra. Bahkan Taufik Hidayat pun masih dimainkan ketika berhadapan dengan Thailand di semifinal.
Sudah saatnya Indonesia memunculkan lagi atlet-atlet berkualitas lainnya terutama untuk tunggal baik putra maupun putri. Simon Santoso, pemain muda yang sebenarnya cukup menjanjikan. Hanya saja performanya yang angin-anginan membuat ia tampak belum bisa menjadi andalan. Tommy Sugiarto dan Hayom Rumbaka mungkin tinggal menunggu waktu saja. Sedangkan di ganda putra, Bona/Ahsan sudah mulai menggeser dominasi Kido/Hendra. Di belakangnya masih ada Ryan/Angga yang cukup memukau di Indonesia Open beberapa bulan lalu.
Sementara untuk putri, belum ada generasi emas yang mampu tampil apik seperti Susi Susanti atau Ivana Lie. Maria Kristin dan Adriyanti Firdasari belum bisa berprestasi. Mereka lebih sering berkutat dengan cedera. Sementara pemain muda seperti Maria Febe, Linda Weni, atau Ana Rovita penampilannya tidak menonjol. Di posisi ganda putri mungkin lebih baik. Di sana terdapat nama-nama seperti Vita Marissa, Lilyana Natsir, maupun Greysia Polii. Tapi generasi setelahnya masih belum muncul.
Kita menunggu lahirnya pemain-pemain yang akan menjadi andalan Indonesia untuk meruntuhkan hagemoni pemain-pemain China di dunia bulutangkis ini. Tentunya dengan pembinaan yang terkontrol dan juga menambah jam terbang atlet-atlet muda. Ayo Indonesia Bisa!
Posted by
Kang Apis
at
Selasa, November 15, 2011
2
comments
Labels:
Ayo Indonesia Bisa,
Badminton,
Indonesia,
Istora,
olahraga,
Panasonic Gobel Indonesia,
SEA Games Palembang
Harapan Itu Ada di Garuda Muda
Mimpi Indonesia untuk berlaga di Piala Dunia 2014 kandas sudah. Gelontoran empat gol Qatar ke gawang Hendro Kartiko di Doha (11/11) memupus harapan anak-anak asuh Wim Rijsbergen. Untuk saat ini, Indonesia memang belum mampu tampil apik di level Asia.
Beberapa jam sebelum pertandingan timnas Indonesia senior, Garuda Muda mampu mengalahkan Singapura di ajang SEA Games 2011 dengan dua gol tanpa balas. Otomatis semua menaruh ekspektasi tinggi kepada timnas U-23 untuk membangkitkan prestasi Indonesia di cabang sepakbola.
Di laga yang berlangsung keras melawan Singapura, Indonesia berhasil unggul cepat di menit pertama lewat aksi Patrich Wanggai setelah menerima sodoran dari Tibo. kehilangan satu pemain di pertengahan babak pertama akibat kartu merah, Singapura kembali kebobolan. Giliran Tibo yang menjebol gawang The Young Lions dan mengubah kedudukan menjadi 0-2. Skor tersebut bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Dua hari berselang (13/11), giliran Thailand yang menantang timnas Indonesia. Bertanding di lapangan yang kurang mulus akibat diguyur hujan, tim Gajah Putih Muda terpaksa bermain dengan 9 orang pemain karena 2 pemainnya diganjar kartu merah. Indonesia mampu memanfaatkan keadaan ini dan menang 3-1 lewat gol Tibo, Patrich, dan Sinaga. Kemenangan ini sekaligus menyingkirkan tim sepakbola Thailand dari event SEA Games 2011.
Performa yang timnas Indonesia U-23 perlihatkan cukup membuat kita girang. Memang masih ada beberapa kesalahan elementer, dan juga mereka masih 'hanya' bertarung di level Asia Tenggara. Tapi setidaknya harapan untuk berbicara banyak di pentas sepakbola Internasional itu ada.
Tentunya momen ini betul-betul harus dipelihara sebaik mungkin agar tidak hanya menjadi euforia sesaat. Seperti halnya ketika Piala Asia 2007 dan Piala AFF 2010 lalu. Timnas begitu dielu-elukan ketika bermain luar biasa, namun setelah itu performanya memble lagi. Kami percaya, jika konsisten seperti ini, Rahmad Darmawan dan juga anak asuhnya mampu memberikan emas SEA Games pertama dalam 10 tahun terakhir. Ayo Indonesia Bisa!
Beberapa jam sebelum pertandingan timnas Indonesia senior, Garuda Muda mampu mengalahkan Singapura di ajang SEA Games 2011 dengan dua gol tanpa balas. Otomatis semua menaruh ekspektasi tinggi kepada timnas U-23 untuk membangkitkan prestasi Indonesia di cabang sepakbola.
Di laga yang berlangsung keras melawan Singapura, Indonesia berhasil unggul cepat di menit pertama lewat aksi Patrich Wanggai setelah menerima sodoran dari Tibo. kehilangan satu pemain di pertengahan babak pertama akibat kartu merah, Singapura kembali kebobolan. Giliran Tibo yang menjebol gawang The Young Lions dan mengubah kedudukan menjadi 0-2. Skor tersebut bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Dua hari berselang (13/11), giliran Thailand yang menantang timnas Indonesia. Bertanding di lapangan yang kurang mulus akibat diguyur hujan, tim Gajah Putih Muda terpaksa bermain dengan 9 orang pemain karena 2 pemainnya diganjar kartu merah. Indonesia mampu memanfaatkan keadaan ini dan menang 3-1 lewat gol Tibo, Patrich, dan Sinaga. Kemenangan ini sekaligus menyingkirkan tim sepakbola Thailand dari event SEA Games 2011.
Performa yang timnas Indonesia U-23 perlihatkan cukup membuat kita girang. Memang masih ada beberapa kesalahan elementer, dan juga mereka masih 'hanya' bertarung di level Asia Tenggara. Tapi setidaknya harapan untuk berbicara banyak di pentas sepakbola Internasional itu ada.
Tentunya momen ini betul-betul harus dipelihara sebaik mungkin agar tidak hanya menjadi euforia sesaat. Seperti halnya ketika Piala Asia 2007 dan Piala AFF 2010 lalu. Timnas begitu dielu-elukan ketika bermain luar biasa, namun setelah itu performanya memble lagi. Kami percaya, jika konsisten seperti ini, Rahmad Darmawan dan juga anak asuhnya mampu memberikan emas SEA Games pertama dalam 10 tahun terakhir. Ayo Indonesia Bisa!
Posted by
Kang Apis
at
Minggu, November 13, 2011
3
comments
Labels:
Ayo Indonesia Bisa,
GBK,
Indonesia,
Panasonic Gobel Indonesia,
SEA Games Palembang,
sepakbola
Nonton Timnas Lagi
Langsung aja ye, Selasa (06/09) lalu gue kembali ke SUGBK untuk menonton timnas Indonesia berlaga melawan Bahrain di babak kualifikasi Piala Dunia 2014. Seperti yang sudah diketahui, Sang Garuda kembali kalah dan terancam gagal ikut Piala Dunia.
Para suporter berdatangan dari berbagai penjuru dengan rasa optimis. Karena skuad Indonesia diprediksi mempunyai celah untuk mengalahkan Bahrain. Pertama, bermain di kandang sendiri. Kedua, hadirnya Boas Salossa yang diyakini bakal menambah daya gedor timnas setelah pada laga sebelumnya lawan Iran, Boas tidak masuk dalam tim. Ketiga, sejarah terakhir kedua tim di mana saat itu Indonesia berhasil mengalahkan Bahrain 2-1 di penyisihan grup Piala Asia 2007 di Jakarta.
Gue lagi-lagi datang bersama kawan seperjuangan dari Bogor, Octa, Febri, dan Eci. Sayangnya kita gak kembali mencoret muka seperti ini karena catnya gak dibawa. Kali ini kami dapet tiket kelas II. Posisi duduk untuk kelas II adalah belakang gawang.
Tapi gue dan Octa berencana untuk menyelinap masuk ke tribun kelas I yang posisi duduknya lebih enak menghadap ke lapangan. Dan berhasil. Gue dan Octa bisa masuk ke kelas I, sementara itu Febri dan Eci masih duduk di tribun kelas II. Sayangnya di sana itu komunikasi susah banget, sms pending, telepon juga gak dapet sinyal, mana handphone juga lowbat. Susah untuk nyuruh mereka pindah juga. Tapi akhirnya memanfaatkan secercah sinyal, mereka pun dapat dihubungi dan berhasil juga pindah ke kelas I. muehehe.
Jalannya pertandingan cukup menguras emosi. Seperti biasanya, tim-tim dari negara timur tengah selalu punya cara untuk memprovokasi lawannya. Diving lah, mengulur waktu lah, dan lain sebagainya. Gue, Octa, dan Febri pun udah gak mikirin hasilnya lagi. Kita sepanjang pertandingan berkali-kali ceplas-ceplos asal komentar. Membuat suporter kita yang di depan (cewek-cewek ABG) ketawa-ketiwi. Lumayan buat cari perhatian. :p
Tertinggal 0-2 membuat suporter kecewa. Petasan dan mercon bertebaran membuat pertandingan sempat terhenti entah berapa lama. Suporter yang udah males pun langsung berusaha meninggalkan kursi penonton untuk pulang. Kita pun akhirnya beranjak setelah menunggu sekitar 5 menit. Tapi gak langsung turun dan keluar stadion. Kita foto-foto dulu di depan sambil menunggu keputusan terakhir di pertandingan ini. Apa dihentikan aja atau dilanjutkan.
Saat gue lagi foto-foto gitu, di situ ada dua anak kecil lari-larian. Bolak-balik kayak gangsing. Membuat gue geregetan dan pengen foto bareng. Tapi begitu gue deketin dan bilang "dek, foto bareng yuk?", mereka nolak. Ya nasib.
Kemudian pertandingan dilanjutkan, sodara-sodara. Entah menyisakan berapa menit, kita masuk lagi dan menyaksikan sisa-sisa perjuangan timnas merah-putih. Hingga pertandingan selesai, skor masih tetap 0-2 untuk keunggulan Bahrain. Tapi bagaimanapun hasilnya, perut harus tetap terisi! Begitulah kira-kira apa yang ada dalam hati masing-masing dari kita. Maka dari itu bergeraklah gue dan kawan-kawan menuju gerobak-gerobak berisikan makanan.
Setelah dirasa cukup kenyang, kita pun memutuskan pulang ke Bogor. Gue dan Octa pulang naik motor, sedangkan Febri dan Eci entah naik apa. hahaha









Gue lagi-lagi datang bersama kawan seperjuangan dari Bogor, Octa, Febri, dan Eci. Sayangnya kita gak kembali mencoret muka seperti ini karena catnya gak dibawa. Kali ini kami dapet tiket kelas II. Posisi duduk untuk kelas II adalah belakang gawang.
Tapi gue dan Octa berencana untuk menyelinap masuk ke tribun kelas I yang posisi duduknya lebih enak menghadap ke lapangan. Dan berhasil. Gue dan Octa bisa masuk ke kelas I, sementara itu Febri dan Eci masih duduk di tribun kelas II. Sayangnya di sana itu komunikasi susah banget, sms pending, telepon juga gak dapet sinyal, mana handphone juga lowbat. Susah untuk nyuruh mereka pindah juga. Tapi akhirnya memanfaatkan secercah sinyal, mereka pun dapat dihubungi dan berhasil juga pindah ke kelas I. muehehe.
Jalannya pertandingan cukup menguras emosi. Seperti biasanya, tim-tim dari negara timur tengah selalu punya cara untuk memprovokasi lawannya. Diving lah, mengulur waktu lah, dan lain sebagainya. Gue, Octa, dan Febri pun udah gak mikirin hasilnya lagi. Kita sepanjang pertandingan berkali-kali ceplas-ceplos asal komentar. Membuat suporter kita yang di depan (cewek-cewek ABG) ketawa-ketiwi. Lumayan buat cari perhatian. :p
Tertinggal 0-2 membuat suporter kecewa. Petasan dan mercon bertebaran membuat pertandingan sempat terhenti entah berapa lama. Suporter yang udah males pun langsung berusaha meninggalkan kursi penonton untuk pulang. Kita pun akhirnya beranjak setelah menunggu sekitar 5 menit. Tapi gak langsung turun dan keluar stadion. Kita foto-foto dulu di depan sambil menunggu keputusan terakhir di pertandingan ini. Apa dihentikan aja atau dilanjutkan.
Saat gue lagi foto-foto gitu, di situ ada dua anak kecil lari-larian. Bolak-balik kayak gangsing. Membuat gue geregetan dan pengen foto bareng. Tapi begitu gue deketin dan bilang "dek, foto bareng yuk?", mereka nolak. Ya nasib.
Kemudian pertandingan dilanjutkan, sodara-sodara. Entah menyisakan berapa menit, kita masuk lagi dan menyaksikan sisa-sisa perjuangan timnas merah-putih. Hingga pertandingan selesai, skor masih tetap 0-2 untuk keunggulan Bahrain. Tapi bagaimanapun hasilnya, perut harus tetap terisi! Begitulah kira-kira apa yang ada dalam hati masing-masing dari kita. Maka dari itu bergeraklah gue dan kawan-kawan menuju gerobak-gerobak berisikan makanan.
Setelah dirasa cukup kenyang, kita pun memutuskan pulang ke Bogor. Gue dan Octa pulang naik motor, sedangkan Febri dan Eci entah naik apa. hahaha
Posted by
Kang Apis
at
Senin, September 26, 2011
2
comments
Labels:
GBK,
govlog,
Indonesia,
sepakbola
[Review] Indonesia vs Turkmenistan
Kamis, 28 Juli 2011. Hari di mana nasib timnas Indonesia menuju Piala Dunia 2014 ditentukan. Masyarakat Indonesia tentunya sangat menunggu-nunggu pertandingan Indonesia vs Turkmenistan ini dan banyak berharap para pemain mampu membawa timnas garuda mengepakkan sayapnya lebih tinggi. Apresiasi dan antusias masyarakat sangat tinggi. Tentu banyak yang masih terbawa euforia AFF Cup tahun lalu di mana Indonesia saat itu dipuja-puji meski gagal menjadi juara.
Gue yang belum punya tiket sampe hari itu, sengaja dateng pagi bareng Febri tentunya buat ngantri tiket. Di GBK kita dipertemukan dengan seorang teman sebaya dari Semarang bernama Osa yang sampe akhir pertandingan bareng kita terus karena dia di Jakarta sendirian.
Loket yang dikabarkan akan dibuka jam 11 siang, ternyata molor sampe jam 1 lewat. Gue yang saat itu ada dalam barisan, gak bisa gantian sama Febri ataupun Osa, karena susah untuk keluar masuk barisan. Padat. Terpaksa selama dua jam itu gue berdiri sampe akhirnya loket dibuka. Setelah tiket di tangan, tanpa pikir panjang kita langsung menuju masjid Al-Bina. Sholat sekaligus mengistirahatkan kaki gue.
Gak lama setelah itu datanglah Octa membawa 2 botol cat serbaguna yang sudah gue tugaskan dari sehari sebelum pertandingan. Tentu saja buat cat muka, karena gue pikir kalo ke stadion cuma dateng, duduk, teriak, seperti yang udah gue lakukan sebelum-sebelumnya itu kurang menarik. Maka untuk kali ini gue pengen muka kita di-cat biar agak beda.
Setelah adzan Ashar berkumandang, dimulailah proses cat muka. Masing-masing mempunyai corak yang berbeda. Osa juga udah kita panas-panasin untuk ikut cat muka, tapi gak mau. Setelah dirasa cukup oke, kita mencoba untuk jalan-jalan memamerkan karya cipta di muka. mwahahaha
Gak lama, wartawan antv manggil, minta kita untuk diwawancara. Gue, Octa, dan Febri melangkah dengan pede. Kemudian dari trans7 pun begitu. Terakhir pas kita lagi asik foto-foto sendiri, ada fotografer dari koran Indopos yang mau foto kita bertiga. Yang kemudian, fotonya dimuat di koran Indopos tanggal 29 Juli 2011 :))
Setelah puas muter-muter dan memang waku menunjukkan pukul 5 lewat, kita memutuskan langsung masuk stadion. Di dalam sudah cukup ramai dengan orang-orang yang memang ingin mencari posisi yang enak buat nonton. Kalo datangnya lebih malem lagi pasti dapet tempat yang gak enak.
Kick-off dimulai pukul 7 malam. Saat itu semua penonton tegang tapi tetap bersemangat. Oh ya, sebelum pertandingan dimulai pasti kedua tim menyanyikan lagu kebangsaan dong? Nah di sini gue selalu menyesalkan sikap suporter Indonesia yang berusaha ribut saat lagu kebangsaan timnas lawan sedang berkumandang. Gak semua ya, tapi kebanyakan suporter Indonesia bersikap demikian. Itu tanda kita kurang menghormati gitu loh. Hal ini juga terjadi saat AFF Cup lalu. Kurang sopan aja gitu menurut gue.
Ya, saat pertandingan dimulai tentu sorak-sorai suporter Indonesia tak bisa tertandingi. Semangatnya yang mampu membuat pemain pun ikut semangat. Ini diakui oleh pemain-pemain timnas kita. Dan ketika waktu baru berjalan 9 menit, Indonesia sudah unggul lewat sundulan Christian Gonzales. Yang kemudian menambah satu gol lagi, plus satu gol cantik Nasuha dari luar kotak penalti yang membuat Indonesia unggul 3-0 di babak pertama.
Di babak kedua tentu kita semua sudah optimis Indonesia bakal melaju dengan mudah ke fase berikutnya. Kita memprediksi Indonesia bakal menambah beberapa gol lagi untuk mempertegas kemenangan. Tapi nyatanya fisik pemain masih jadi kendala. Turkmenistan tiba-tiba mencetak satu gol. Sempat dibalas oleh M. Ridwan sehingga membuat kedudukan menjadi 4-1. Tapi kemudian beberapa menit sebelum laga usai, The Turkmen berhasil memborong dua gol untuk memperkecil skor menjadi 4-3.
Di sisa waktu tentunya para suporter berharap pemain timnas tidak kecolongan lagi dan tetap konsentrasi. Karena jika Turkmenistan membuat satu gol lagi, kedudukan 4-4 akan membawa mereka ke babak selanjutnya karena mereka unggul produktivitas gol di kandang lawan. Syukurlah hingga peluit akhir ditiup, skor tetap 4-3 untuk kemenangan Indonesia dan berhasil melangkahkan kakinya ke putaran 3 babak kualifikasi Piala Dunia 2014.
Tentunya kita berharap permainan timnas di bawah asuhan Wim Risjbergen ini mampu berbicara banyak lagi. Setelah proses pengundian, di putaran 3 ini Indonesia masuk grup E yang juga diisi tim Iran, Qatar, dan Bahrain. Mampukah kita meraih impian yang lebih tinggi lagi dengan lolos dari fase ini? Semoga saja bisa.
Gue yang belum punya tiket sampe hari itu, sengaja dateng pagi bareng Febri tentunya buat ngantri tiket. Di GBK kita dipertemukan dengan seorang teman sebaya dari Semarang bernama Osa yang sampe akhir pertandingan bareng kita terus karena dia di Jakarta sendirian.
Loket yang dikabarkan akan dibuka jam 11 siang, ternyata molor sampe jam 1 lewat. Gue yang saat itu ada dalam barisan, gak bisa gantian sama Febri ataupun Osa, karena susah untuk keluar masuk barisan. Padat. Terpaksa selama dua jam itu gue berdiri sampe akhirnya loket dibuka. Setelah tiket di tangan, tanpa pikir panjang kita langsung menuju masjid Al-Bina. Sholat sekaligus mengistirahatkan kaki gue.

Gak lama setelah itu datanglah Octa membawa 2 botol cat serbaguna yang sudah gue tugaskan dari sehari sebelum pertandingan. Tentu saja buat cat muka, karena gue pikir kalo ke stadion cuma dateng, duduk, teriak, seperti yang udah gue lakukan sebelum-sebelumnya itu kurang menarik. Maka untuk kali ini gue pengen muka kita di-cat biar agak beda.
Setelah adzan Ashar berkumandang, dimulailah proses cat muka. Masing-masing mempunyai corak yang berbeda. Osa juga udah kita panas-panasin untuk ikut cat muka, tapi gak mau. Setelah dirasa cukup oke, kita mencoba untuk jalan-jalan memamerkan karya cipta di muka. mwahahaha

Gak lama, wartawan antv manggil, minta kita untuk diwawancara. Gue, Octa, dan Febri melangkah dengan pede. Kemudian dari trans7 pun begitu. Terakhir pas kita lagi asik foto-foto sendiri, ada fotografer dari koran Indopos yang mau foto kita bertiga. Yang kemudian, fotonya dimuat di koran Indopos tanggal 29 Juli 2011 :))

Kick-off dimulai pukul 7 malam. Saat itu semua penonton tegang tapi tetap bersemangat. Oh ya, sebelum pertandingan dimulai pasti kedua tim menyanyikan lagu kebangsaan dong? Nah di sini gue selalu menyesalkan sikap suporter Indonesia yang berusaha ribut saat lagu kebangsaan timnas lawan sedang berkumandang. Gak semua ya, tapi kebanyakan suporter Indonesia bersikap demikian. Itu tanda kita kurang menghormati gitu loh. Hal ini juga terjadi saat AFF Cup lalu. Kurang sopan aja gitu menurut gue.
Ya, saat pertandingan dimulai tentu sorak-sorai suporter Indonesia tak bisa tertandingi. Semangatnya yang mampu membuat pemain pun ikut semangat. Ini diakui oleh pemain-pemain timnas kita. Dan ketika waktu baru berjalan 9 menit, Indonesia sudah unggul lewat sundulan Christian Gonzales. Yang kemudian menambah satu gol lagi, plus satu gol cantik Nasuha dari luar kotak penalti yang membuat Indonesia unggul 3-0 di babak pertama.
Di babak kedua tentu kita semua sudah optimis Indonesia bakal melaju dengan mudah ke fase berikutnya. Kita memprediksi Indonesia bakal menambah beberapa gol lagi untuk mempertegas kemenangan. Tapi nyatanya fisik pemain masih jadi kendala. Turkmenistan tiba-tiba mencetak satu gol. Sempat dibalas oleh M. Ridwan sehingga membuat kedudukan menjadi 4-1. Tapi kemudian beberapa menit sebelum laga usai, The Turkmen berhasil memborong dua gol untuk memperkecil skor menjadi 4-3.
Di sisa waktu tentunya para suporter berharap pemain timnas tidak kecolongan lagi dan tetap konsentrasi. Karena jika Turkmenistan membuat satu gol lagi, kedudukan 4-4 akan membawa mereka ke babak selanjutnya karena mereka unggul produktivitas gol di kandang lawan. Syukurlah hingga peluit akhir ditiup, skor tetap 4-3 untuk kemenangan Indonesia dan berhasil melangkahkan kakinya ke putaran 3 babak kualifikasi Piala Dunia 2014.
Tentunya kita berharap permainan timnas di bawah asuhan Wim Risjbergen ini mampu berbicara banyak lagi. Setelah proses pengundian, di putaran 3 ini Indonesia masuk grup E yang juga diisi tim Iran, Qatar, dan Bahrain. Mampukah kita meraih impian yang lebih tinggi lagi dengan lolos dari fase ini? Semoga saja bisa.
Posted by
Kang Apis
at
Jumat, Juli 29, 2011
0
comments
Labels:
GBK,
Indonesia,
Journey,
olahraga,
preview-review,
sepakbola
INDONESIA OPEN 2011
Pekan ini Indonesia kembali menggelar Indonesia Open Super Series 2011. Gelaran bulutangkis tahunan ini disebut sebagai event yang memberi hadiah tertinggi kedua setelah Korea Open (kalo gak salah). Gak tau jumlahnya berapa. Yang jelas kalo mau beli kerupuk, bisa sekalian beli pabriknya. Gue gak mau ketinggalan nonton langsung Indonesia Open di Istora. Karena tahun 2010 kemarin juga gue ke sana. Iya nonton badminton dong, bukan jualan Aqua.
Maka direncanakanlah untuk menonton di hari pertama yaitu hari Selasa. Tapi nyatanya gue tidak diperbolehkan pergi oleh nyokap. Sempet kesel juga tapi ya ora opo-opo, toh di hari pertama baru babak kualifikasi. Demikian juga di hari kedua. Barulah di hari ketiga gue nonton sendiri tanpa teman. Boro-boro pacar, punya aja nggak. eaaa curcol.
Di hari ketiga ini adalah perdelapan final. Meskipun sendiri, gue sangat puas saat itu karena seluruh pemain Indonesia yang bertanding dapat melaju ke perempat final. Bahkan ganda putra Ryan Agung/Angga Pratama yang tidak diunggulkan sama sekali, bisa mengalahkan unggulan ketiga yang memang jagoan sekali dari Korea Selatan, Jung Jae Sung/Lee Yong Dae. *keprok-keprok*
Lalu pada Sabtu (25/6), gue kembali ke Istora untuk menyaksikan babak semifinal. Kali ini bersama om dan temen gue. Di semifinal, Indonesia memiliki empat wakil. Semuanya dari regu ganda. Tantowi/Lilyana, Kido/Hendra, Nadya/Vita, dan Bona/Ahsan. Sayangnya gak semua bisa menembus final. Dua ganda putra Indonesia masih harus mengakui keunggulan dua ganda putra China. Padahal kalau semuanya masuk final, gue udah berniat untuk datang lagi ke Istora.
Pendapat gue sih tahun ini lebih menarik ya. Settingan di Istoranya lebih 'wah'. Juga penonton yang datang langsung lebih banyak. Belum lagi ada beberapa perkusi yang bikin suasana di dalam Istora lebih meriah. Gue juga dateng ke sana minimal pengen bisa masuk tipi gitu. makanya bawa beberapa atribut. Mwahaha. Barusan pagi nonton Sport7, eh beneran muncul. Tapi dari jauh, dan itu juga cuma benderanya aja. XD
Okay, Untuk Tantowi/Lilyana dan Nadya/Vita, semoga kalian bisa jadi juara untuk tahun ini!
[UPDATE] Dua pasangan Indonesia belum berhasil juara di Indonesia Open tahun ini! *nangis*










anyway, kalo ada yang mau kaos "We Are On Your Side" seperti yang gue pake di atas, gue masih punya stock. Beli ye. eaaaaaa jualan :))
Posted by
Kang Apis
at
Minggu, Juni 26, 2011
0
comments
Labels:
Badminton,
GBK,
Idol,
Indonesia,
Istora,
olahraga,
preview-review
Road to Final!
Iya teman-temaaaaaan, AFF Cup lagi hot-hotnya di Indonesia! Timnas Indonesia bermain cemerlang sampai membuat masyarakat yang tadinya gak suka sepakbola, ikut antusias melihat perkembangan timnas garuda di turnamen ini.
Sejak sebulan sebelum turnamen ini digelar gue udah memastikan akan datang langsung ke Gelora Bung Karno entah di match Indonesia yang mana, pokoknya mesti hadir di sana. Sehari sebelum match pertama Indonesia di AFF Cup 2010, melawan Malaysia, gue pun bertekad menonton langsung di sana. Namun apadaya gue lagi sakit. eh, sebenarnya gak sakit. Saat itu udah dalam tahap sembuh. Tapi ya gak dibolehin pergi jadi gue nonton di rumah aja. Sendirian.
Melihat permainan Indonesia yang begitu fantastis saat menghancurkan Malaysia 5-1, membuat niatan gue semakin menggebu. Target gue, Indonesia vs Laos gue mesti ke GBK. Dan Alhamdulillah tercapai. Awalnya telat dateng, dan belum pegang tiket padahal pertandingan udah mulai di dalam. Alhasil gak liat dua gol awal Indonesia. Tapi cukup puas melihat 4 gol berikutnya hohoho.
@vantoolate, @idan_sidepony, me, @seventeenifan
Sejak sebulan sebelum turnamen ini digelar gue udah memastikan akan datang langsung ke Gelora Bung Karno entah di match Indonesia yang mana, pokoknya mesti hadir di sana. Sehari sebelum match pertama Indonesia di AFF Cup 2010, melawan Malaysia, gue pun bertekad menonton langsung di sana. Namun apadaya gue lagi sakit. eh, sebenarnya gak sakit. Saat itu udah dalam tahap sembuh. Tapi ya gak dibolehin pergi jadi gue nonton di rumah aja. Sendirian.
Melihat permainan Indonesia yang begitu fantastis saat menghancurkan Malaysia 5-1, membuat niatan gue semakin menggebu. Target gue, Indonesia vs Laos gue mesti ke GBK. Dan Alhamdulillah tercapai. Awalnya telat dateng, dan belum pegang tiket padahal pertandingan udah mulai di dalam. Alhasil gak liat dua gol awal Indonesia. Tapi cukup puas melihat 4 gol berikutnya hohoho.

Karena saat itu Indonesia udah dipastikan masuk semifinal, maka gue berniat untuk skip match Indonesia vs Thailand dan akan ke GBK lagi pada laga semifinal. Tapi ternyata temen gue ngajakin nonton yang versus Thailand. Ya oke, gak gue tolak. Walaupun cuma duaan.
Suasana GBK saat itu (Selasa, 07/11) cukup ramai karena bertepatan dengan hari libur nasional. Dan kebiasaan gue kalo nonton timnas memang selalu membeli tiket pada hari-H. Jadi kita muter dulu nyariiii.... calo! Karena loket penjualan tiket udah tutup.
Setelah dapet tiket, kitapun mengambil tempat duduk yang paling atas. Atas banget deh, pokoknya kalo gue jingkrak-jingkrak di atas kursipun gak akan ada yang keganggu karena ya emang di belakang gak ada kursi lagi. Di situ gue pol-polan teriak, joget, teriak, joget, teriak, ngeden sebentar, joget lagi, makan bacang. Pas timnas ketinggalan 0-1, temen gue lemes. Soalnya tiap dia nonton langsung, pasti timnas kalah. pfftt... *nahan ketawa*
Tapi ternyata semangat timnas ini semangat baru, cuy. Bukan timnas yang dulu. Bukan timnas yang saat ketinggalan, mental mereka langsung down. Ini wajah baru skuad garuda. Mereka justru menunjukkan mental bagus, karena pada akhirnya justru Indonesia menang 2-1!
Suasana GBK saat itu (Selasa, 07/11) cukup ramai karena bertepatan dengan hari libur nasional. Dan kebiasaan gue kalo nonton timnas memang selalu membeli tiket pada hari-H. Jadi kita muter dulu nyariiii.... calo! Karena loket penjualan tiket udah tutup.
Setelah dapet tiket, kitapun mengambil tempat duduk yang paling atas. Atas banget deh, pokoknya kalo gue jingkrak-jingkrak di atas kursipun gak akan ada yang keganggu karena ya emang di belakang gak ada kursi lagi. Di situ gue pol-polan teriak, joget, teriak, joget, teriak, ngeden sebentar, joget lagi, makan bacang. Pas timnas ketinggalan 0-1, temen gue lemes. Soalnya tiap dia nonton langsung, pasti timnas kalah. pfftt... *nahan ketawa*
Tapi ternyata semangat timnas ini semangat baru, cuy. Bukan timnas yang dulu. Bukan timnas yang saat ketinggalan, mental mereka langsung down. Ini wajah baru skuad garuda. Mereka justru menunjukkan mental bagus, karena pada akhirnya justru Indonesia menang 2-1!
Ketagihan, gue pun memutuskan untuk ke GBK lagi pada semifinal leg I antara Filipina vs Indonesia. Sempat gak ada kepastian masalah tiket. Di hari-H pun gue masih goler-goler di kasur. Gelisah gitu. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Ada tiket nganggur punya Bang @seventeenifan (karena dia harus manggung di Kendari), gue pake deh. Jadi saat itu juga langsung capcus berangkat ke Jakarta. Wow!
Pada saat laga berlangsung, tentu suporter lebih banyak dibanding laga-laga sebelumnya. Bahkan suara terompet terus terdengar tanpa pernah berhenti. Yang membuat pelatih Filipina sedikit protes setelah pertandingan selesai. Indonesia menang 1-0. Saat gol terjadi gue ngeliat, tapi gak jelas siapa yang cetak gol. Pada akhirnya gue tau dari twitter. El Loco lah pahlawan malam itu.
Nah, saat leg II semifinal AFF Cup gue gak ke GBK. Bukan cuma karena susahnya dapet tiket, tapi gue takut kalo nonton lagi saat itu, justru nanti gue gak dibolehin ortu buat nonton final (karena gue udah yakin Indonesia masuk final hohoho).
Ya, target Indonesia lolos ke final tercapai. El Loco kembali jadi bintang karena mencetak satu-satunya gol. Dan yang jelas gue pun bersiap untuk nonton finalnya di GBK tanggal 29 Desember 2010. Bukan cuma gue, semua masyarakat Indonesiapun bersiap merayakan kemenangan timnas Garuda yang telah lama dinanti. Ya, gelar juara ada di depan mata. Raihlah, wahai para pejuang lapangan hijau!
Pada saat laga berlangsung, tentu suporter lebih banyak dibanding laga-laga sebelumnya. Bahkan suara terompet terus terdengar tanpa pernah berhenti. Yang membuat pelatih Filipina sedikit protes setelah pertandingan selesai. Indonesia menang 1-0. Saat gol terjadi gue ngeliat, tapi gak jelas siapa yang cetak gol. Pada akhirnya gue tau dari twitter. El Loco lah pahlawan malam itu.
Nah, saat leg II semifinal AFF Cup gue gak ke GBK. Bukan cuma karena susahnya dapet tiket, tapi gue takut kalo nonton lagi saat itu, justru nanti gue gak dibolehin ortu buat nonton final (karena gue udah yakin Indonesia masuk final hohoho).
Ya, target Indonesia lolos ke final tercapai. El Loco kembali jadi bintang karena mencetak satu-satunya gol. Dan yang jelas gue pun bersiap untuk nonton finalnya di GBK tanggal 29 Desember 2010. Bukan cuma gue, semua masyarakat Indonesiapun bersiap merayakan kemenangan timnas Garuda yang telah lama dinanti. Ya, gelar juara ada di depan mata. Raihlah, wahai para pejuang lapangan hijau!
Posted by
Kang Apis
at
Senin, Desember 20, 2010
1 comments
Labels:
GBK,
Indonesia,
Journey,
sepakbola
TIMNAS INDONESIA, RAWK!
Mengagumkan. Itu kata yang pas buat Timnas sepakbola Indonesia saat ini. Bermain penuh determinasi, mereka mampu membuat masyarakat yang tidak suka sepakbola khususnya sepakbola Indonesia, menjadi cinta dan fanatik. Semua menjadi padu, bersatu untuk mendukung 'Garuda'.
Cukup takjub juga melihat euforia sekarang. Di timeline twitter gue, yang tadinya cuma sedikit yang membahas sepakbola, tiba-tiba menjadi ramai begitu timnas Indonesia bermain. Seakan gue memfollow orang-orang yang memang fanatik sepakbola sejak dulu.
Apa yang membuat timnas Indonesia tampil begitu spartan di gelaran AFF Cup yang ke- 8 ini? Menurut gue pribadi, faktor pelatihlah yang berjasa besar. Ya selain itu tentunya karena pemain timnas saat ini juga mempunya semangat dan daya juang yang tinggi.
Alfred Riedl, pelatih berkebangsaan Austria ini mampu mengkombinasikan pemain senior dan junior menjadi padu. Jeli dengan kemampuan para pemainnya. Contohnya Hamka Hamzah, yang sudah lama tidak memperkuat timnas dapat bermain baik setelah Riedl mempercayainya mengisi lini belakang. Dia juga berani mencoret Boas Sallosa dari daftar pemain yang akan memperkuat timnas di AFF Cup. Berbeda dengan pelatih sebelumnya yang selalu memakai pemain-pemain yang itu-itu saja, Riedl kini mempercayakan para muka baru untuk bereksplorasi di lapangan. Sebut saja Okto, Nasuha, atau Bustomi yang tampil sangat baik di turnamen ini.
Memang pada akhirnya Indonesia kembali gagal menggenggam juara. Kecewa? Pasti. Tapi kami semua, rakyat Indonesia sudah terlanjur bangga. Apa yang mereka perlihatkan di lapangan, membuat semangat para pendukungnya pun menggebu-gebu. Kami para suporter bersatu demi timnas Indonesia. Tak ada yang berani mengolok perjuangan timnas, kecuali mereka yang tak tahu diri.
Patut diingat pula, kami bangga hanya pada timnas Indonesia. Bukan pada PSSI. Kami tahu, mungkin tanpa PSSI tidak akan ada timnas Indonesia. Tapi kecongkakan para pengurusnya membuat kami antipati pada organisasi sepakbola Indonesia ini.
Cukup takjub juga melihat euforia sekarang. Di timeline twitter gue, yang tadinya cuma sedikit yang membahas sepakbola, tiba-tiba menjadi ramai begitu timnas Indonesia bermain. Seakan gue memfollow orang-orang yang memang fanatik sepakbola sejak dulu.
Apa yang membuat timnas Indonesia tampil begitu spartan di gelaran AFF Cup yang ke- 8 ini? Menurut gue pribadi, faktor pelatihlah yang berjasa besar. Ya selain itu tentunya karena pemain timnas saat ini juga mempunya semangat dan daya juang yang tinggi.
Alfred Riedl, pelatih berkebangsaan Austria ini mampu mengkombinasikan pemain senior dan junior menjadi padu. Jeli dengan kemampuan para pemainnya. Contohnya Hamka Hamzah, yang sudah lama tidak memperkuat timnas dapat bermain baik setelah Riedl mempercayainya mengisi lini belakang. Dia juga berani mencoret Boas Sallosa dari daftar pemain yang akan memperkuat timnas di AFF Cup. Berbeda dengan pelatih sebelumnya yang selalu memakai pemain-pemain yang itu-itu saja, Riedl kini mempercayakan para muka baru untuk bereksplorasi di lapangan. Sebut saja Okto, Nasuha, atau Bustomi yang tampil sangat baik di turnamen ini.
Memang pada akhirnya Indonesia kembali gagal menggenggam juara. Kecewa? Pasti. Tapi kami semua, rakyat Indonesia sudah terlanjur bangga. Apa yang mereka perlihatkan di lapangan, membuat semangat para pendukungnya pun menggebu-gebu. Kami para suporter bersatu demi timnas Indonesia. Tak ada yang berani mengolok perjuangan timnas, kecuali mereka yang tak tahu diri.
Patut diingat pula, kami bangga hanya pada timnas Indonesia. Bukan pada PSSI. Kami tahu, mungkin tanpa PSSI tidak akan ada timnas Indonesia. Tapi kecongkakan para pengurusnya membuat kami antipati pada organisasi sepakbola Indonesia ini.
Posted by
Kang Apis
at
Senin, Desember 20, 2010
0
comments
Labels:
GBK,
Indonesia,
olahraga,
preview-review,
sepakbola
Langganan:
Postingan (Atom)