Nama adalah Doa

Mana di antara dua pernyataan di bawah ini yang Anda percaya?
#1: Apalah arti sebuah nama.
#2: Nama adalah doa.

Gimana? Yang #1 atau #2?
Mungkin berdasarkan kesotoyan gua, mayoritas memilih pernyataan #2. Ya contoh kongkritnya adalah ketika sepasang suami-istri meberikan nama 'Hercules' kepada anaknya, dengan harapan si anak menjadi sosok kuat yang hanya bisa takluk jika bulu keteknya dicabut. Atau mau gedenya jadi preman Tanah Abang. Entahlah.

Sumber Air Tak Terawat, Jatinangor Bisa Gawat



Ada yang tau salah satu elemen tereksis di dunia? Yak, air! Liat aja, air mendominasi sebagian besar komponen di bumi kita ini. Air juga merupakan satu kebutuhan penting bagi semua makhluk hidup. Tapi sekarang faktanya di beberapa titik, air udah langka, terutama air bersih. Terus, apa jadinya kalau air bersih susah didapat?

5cm Menuju Bukit Sunyi


Postingan ini bukan berisi review film.

Gua, Muhammad Hafizhuddin, bukanlah golongan anak gaul yang senang nonton film terbaru di bioskop. Kalau pun ada film yang kepingin banget ditonton, gua gak maksain. Contohnya waktu film Negeri 5 Menara atau Perahu Kertas tayang, gua udah rencana pengen banget nonton di bioskop, eh tapi ujung-ujungnya gak jadi.
Mungkin kalian udah pernah baca beberapa postingan gua tentang film dan bioskop. Iya, film yang terakhir gua tonton di layar lebar adalah Transformers 3. Tapi itu sebelum gua ketemu temen-temen yang dengan mudahnya ngajak gua nonton ke Twenty One dua kali dalam rentang waktu lima hari.

5cm memang film yang membuat gua tergiur untuk hadir menonton bareng puluhan orang dalam satu studio. Apalagi gua sempet ikut roadshow-nya pas cast 5cm datang ke Fikom Unpad. Tapi seperti yang udah dikatakan, sebagaimana pun besarnya keinginan untuk nonton, gua gak akan maksain. Kalau kelewat, film-nya juga nanti bakal tayang di tv swasta.

 


"Foto ID Card Selalu Jelek"


Tanggal 18 November 2012, gua genap berusia 20 tahun. 20 adalah tanda sudah dewasa dan 20 adalah nomor punggung Robin van Persie di Manchester United *yaterus?*.  Eh, pada doain gua dong supaya di usia gua yang segini ibadahnya tambah rajin. Okeh? Aamiin!
Sampe tahun ke 20 ini gua belom pernah nyoblos buat milih kepala daerah. Karena gua dapet KTP di waktu yang emang lagi ga ada pemilu. Mungkin tahun depan, pilgub Jawa Barat adalah debut gua untuk ikut pemilu. Ceileh.

Eniwei, ngomongin KTP, kalian pada tau ga sih sering ada yang bilang, ‘foto idcard itu selalu jelek’? Dan gua merasa benar demikian adanya. Atau mungkin kalian semua juga merasa gitu? Hahaha. Sekarang gua cuma punya tiga idcard yang ada fotonya. KTP, KTM, dan paspor. Gua akan beberkan foto-foto idcard-nya.

Dzuhur di Hari Jumat

Tulisan di bawah ini bukanlah contoh yang baik bagi generasi soleh-solehah penerus bangsa negara dan agama.

Tiap Jumat, jadwal kuliah gua mulai jam tujuh cuma diisi dua matkul membosankan, yaitu Statistika Sosial (yang gua ga pernah ngerti materinya) dan Fotografi (yang belom pernah praktek sama sekali). Hari Jumat (09/10), gua keluar kelas lebih cepet, berhubung saat itu Fotografi cuma UTS. Yang biasanya sampe jam setengah dua belas, ini cuma sampe jam sebelas. Jadi ada jeda waktu lebih panjang dari biasanya sebelum sholat Jumat.

Gua beserta kedua temen sepermainan, Wildan dan Ajis, pekan-pekan terakhir lebih memilih buat sholat di masjid deket kosan Wildan, yang memang ga terlalu jauh juga dari kampus. Alasannya apalagi kalo bukan 'ceramahnya lebih cepet'. Dan tiga manusia ini pun menuju kosan Wildan buat simpan tas. Di sana laper melanda, dan agak ragu entah mau makan dulu atau mendingan ke masjid dulu buat sholat. Berbekal quote klise berbunyi, 'mending makan dulu, biar sholatnya nanti ga kepikiran makanan karena laper', kita memutuskan untuk rebus mie.

Sekelebat Inpo tentang Fikom Day

Tiga postingan terakhir mbahas Fikom mulu. Gapapa lah, di-enjoy-kan sajah.

Jadi ceritanya tahun ini Fikom Unpad udah memasuki tahun ke-52. Nah, sejak awal Oktober 2012, banyak diadakan kegiatan Dies Natalis yang diawali dengan symposium selama dua hari. Ada juga turnamen olahraga semacam futsal, basket, dan buluketek bulutangkis, yang diikuti oleh seluruh elemen masyarakat (halah) Fikom Unpad mulai dari mahasiswa, dosen, staf, satpam, dan semuanya. Puncaknya yaitu kemarin, tanggal 13 Oktober 2012 yang disebut sebagai Fikom Day.

[part 2] FIKOM SATU!

FIKOM SATU! FIKOM! FIKOM! FIKOM!

Yel-yel itu bergema di lapangan futsal Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Ya, Alhamdulillah gua masuk Fikom Unpad lewat jalur SNMPTN 2012.

Hoki. Gak pernah gua duga sebelumnya bakal lolos. Banyak orang yang mau ikut SNMPTN harus les intensif segala, sedangkan gua enggak sama sekali. Ketika itu gua sempet ngetwit, “Kayaknya komputer aja ketawa meriksa kertas ujian gua”. Di situ gua gak yakin dan gak terlalu berekspektasi buat lolos SNMPTN.

Ospek fakultas pada hari Kamis tanggal 2 Agustus 2012 itu dimulai pukul 05.00 WIB. Banyak mahasiswa baru (maba) yang masih ngantuk karena abis sahur dan suhu udara di Jatinangor dingin banget jam segitu. Tapi apa boleh buat, senior-senior sudah dikondisikan untuk galak dan maba gak berani ngeyel atau mengelak. Oh ya, seluruh maba laki-laki rambutnya harus dibotakin. Dan saat semua berkumpul, kami terlihat seperti rombongan jamaah haji. Labaikallahumma laibaik!

Ketika baris, senior mengharuskan kami untuk bersikap sempurna layaknya anak pramuka. Tapi gua jawab dengan tegas, “Maaf, kak! Saya tidak bisa sikap sempurna! Karena kesempurnaan hanya milik Allah subhanahu wata’ala!”. Tapi boong. Ntar gua disangka Bunda Dorce. Kan gak cihuy.

Semua berjalan layaknya ospek biasa, ada tim senior yang tugasnya muji dan baik-baikin, ada tim senior yang tugasnya bentak dan galak-galakin, ada lagi tim senior yang tugasnya muji sekaligus ngebentak juga. Tim terakhir ini selalu nongol di akhir ospek tiap hari buat ngasih tugas berupa karya tulis. Dan kadang itu gak manusiawi. Tugas banyak dan harus selesai keesokan harinya. Tapi ini semua belum seberapa, nanti pada waktunya kalo gua udah jadi jurnalis (aamiin) mungkin pressure-nya bakal lebih parah. Glek!

Ospek pun berakhir di hari ketiga. Enggg, sebenernya masih bakal terus berlanjut sih, tapi setelah libur lebaran. Ya doain aja semoga ospek ke depannya berjalan lancar. Juga termasuk perkuliahan gua nantinya lancar selancar-lancarnya kayak jalan tol di tahun 1832, dan cepet lulus. Lulusnya dengan gelar sarjana loh yak, bukan karena di drop out!

[part 1] Next Stop!

Hola.. Como Esta?

Salah satu kalimat sapaan latin yang gua pelajari dari Dora The Explorer. Terlihat cemen.

Selama seminggu gua udah gak pernah tau berita yang lagi tren. Seperti ciamiknya Usain Bolt di Olimpiade London 2012 dan berjayanya klinik Tong Fang di tanah air. Ini semua gara-gara ospek kampret. Eh, tapi menyenangkan kok! *langsung diralat, takut ditoyor senior*

Di saat temen-temen yang seumuran udah mau masuk semester 4 di perkuliahan, gua baru jadi mahasiswa tahun ini. Gua yang memutuskan sekolah dengan program Homeschooling (sehabis ‘nyobain’ setaun di SMA negeri), harusnya sih tahun lalu udah bisa kuliah. Tapi telat daftar ujian paket C, jalan satu-satunya anak homeschooling buat dapet ijazah setara SMA. Jadinya gua daftar untuk ujian di bulan Oktober 2011. Dan Alhamdulillah, walaupun gak belajar dengan giat dan gak pernah makan sozis so nice menjelang ujian, gua bisa lulus dengan beberapa nilai mata pelajaran yang pas-pasan. Muihihihi.

Selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah kampus mana yang harus gua pilih untuk kuliah. Dari awal gua udah gembar-gembor bakal pilih jurusan IT. Maka gua carilah info-info mengenai kampus mana aja yang ada jurusan IT-nya. Pilihan gua jatuh ke universitas swasta di daerah Margonda. Sampai saat itu sama sekali gak berpikir mau kuliah di perguruan tinggi negeri. Sama sekali.

Tapi gua tetep nyari info. Karena ternyata gua masih bingung menentukan jurusan antara Sistem Informasi atau Manajemen Informasi. Gua sendiri cuma tertarik buat nyentuh seputaran web doang gara-gara pernah kursus web design. Fakta lainnya, nyokap gua gak menyarankan untuk ambil kuliah di daerah Jakarta mengingat sebegitu peliknya kota tersebut terutama kekacrutan dalam transportasi, dalam hal ini KRL yang bisa bikin orang ganteng berubah jadi bandeng presto begitu keluar dari gerbong. Mau ngekos pun sayang banget karena jarak Bogor-Jakarta (atau Depok) itu gak jauh-jauh amat, cuy.

Meskipun tidak ada paksaan dan tetap menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada gua, nyokap menyarankan gua kuliah di Bandung. Walaupun lebih jauh, tapi di sana banyak keluarga nyokap yang membuatnya gak terlalu khawatir. Sementara, berkat iklan sebuah kampus IT di koran pagi, bokap menyarankan gua kuliah di Jogja. Beliau menganggap Jogja adalah tempat pendidikan yang nyaman dan biaya hidupnya tergolong murah. Faktanya emang begitu, kan.

Di tengah kebingungan melanda, sementara saat itu sudah bulan Mei (harusnya gua udah daftar kuliah!), gua pun memutuskan untuk melupakan IT dan beralih ke DKV (Design Komunikasi Visual). Gua dapet wangsit setelah mengingat sodara gua kuliah di jurusan DKV sebuah universitas swasta di daerah Dipati Ukur Bandung. Dan emang gua tertarik dengan design meskipun masih kacrut. Maka bulatlah sudah keputusan gua untuk mendaftar di universitas tersebut. Sampai saat itu sama sekali masih belum berpikir mau kuliah di perguruan tinggi negeri. Sama sekali.

Singkat cerita setelah daftar, ternyata uwa gua menyarankan supaya gua coba peruntungan di SNMPTN untuk masuk Universitas Padjadjaran. Di situlah gua mulai goyah. SNMPTN? Unpad? Sepulang daftar dari Bandung gua pun mencari informasi bagaimana cara ikutan SNMPTN dan apa aja jurusan yang menarik di Universitas Padjadjaran. Setelah kasak-kusuk, ternyata pendaftaran untuk ikut ujian tulis SNMPTN masih terbuka dan gua pun memilih Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran sebagai target utama.