Rebutan Rumah Gratis!

Temennya temen gua, sebut saja David Beckham sebagai nama samaran, belum lama ini nikah di usia muda. Satu hal yang patut diapresiasi, karena dengan menikah muda, tentu akan ada beban yang cukup berat. Tapi mereka gak begitu khawatir, makanya berani nikah muda.

Tapi masalahnya, si David Beckham belum punya tempat tinggal sendiri. Biaya bikin atau beli rumah itu kan gak sedikit. Nyari kontrakan juga katanya sih belum ada yang cocok lokasinya. Jadi sekarang mereka masih 'numpang' di rumah orangtuanya.

Gua yang saat itu sedang online, inget rumah123.com dan langsung buka situsnya. Mungkin aja bisa bantu cariin. Cuma tau itu aja sih situs properti di Indonesia yang udah ternama. Di situlah orang dengan mudah cari rumah, ruko, apartemen, atau juga tanah. Kita juga bisa cari sesuai lokasi dan kriteria yang diinginkan. Mantep banget kan.

Tanpa gua duga sebelumnya, ternyata rumah123.com lagi ngadain kontes 'Rebutan Rumah Gratis' yang mempunyai total hadiah senilai 500 juta rupiah. Sangat menggiurkan. Ini menjadikan Rebutan Rumah Gratis, yang diselenggarakan dari tanggal 1 Mei - 31 Agustus 2012, sebagai kontes online terbesar yang diadakan situs online properti di Indonesia. Belum ada situs sejenis yang adain kontes begini.

Tagline-nya juga unik. Rebutan rumah semudah 1-2-3. Yang berarti memang cara dapetin rumahnya gak susah. Lain lagi kalo tagline-nya gak cuma sampai hitungan 3, tapi sampai 3.000.000 (tiga juta) gitu. Kan kebayang susahnya. Dan namanya bukan tagline lagi, tapi udah jadi satu paragraf. Maka dari itu, selain menghubungi si David Beckham, gua juga curi keempatan untuk ikutan kontes ini. Ya syukur-syukur kalau ternyata menang. Muehehehe.

Jadi, semua warga negara Indonesia boleh ikut kontes Rebutan Rumah ini. Semua punya kesempatan sama buat dapat a place to call home alias rumah. Yang terpenting sih bersedia ikutin cara atau langkah sesuai prosedur. Itu pun sangat mudah banget. Pokoknya kalau yang mau ikutan, coba aja. Tapi perhatikan dulu syarat dan ketentuannya.

Syarat:

  • Kontes ini terbuka untuk umum.
  • Kontes ini hanya dapat diikuti oleh setiap warga negara Republik Indonesia.
  • Semua peserta wajib memiliki KTP yang sah, dengan masa berlaku aktif selama periode kontes ini berlangsung.
  • Peserta wajib memiliki satu alamat email yang benar, sah, valid.
  • Kontes ini tidak dapat diikuti oleh Karyawan PT Web Marketing Indonesia, keluarga karyawan, agency dan pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan kontes ini.

Nih, gua coba tulis beberapa langkah untuk meraih rumah tersebut. Ceileh meraih. Buka dulu http://rumahgratis.rumah123.com, terus klik tombol "Menangkan Rumah Anda Sekarang".

Oke, langkah pertama, cukup nge-like fan page-nya Rumah123 yang ini di Facebook, dan juga follow twitternya di sini.

Langkah kedua, registrasi data diri kamu. Gampang kok, cuma seputar nama, email, nomor identitas (harus KTP), nomor telepon. Gak akan ditanyain hobi, makanan favorit, atau minuman favorit, apalagi motto hidup. Tenang.

Nah, langkah terakhir tinggal cari deh rumah target kamu. Carinya ya di website rumah123.com dong, gak usah nyari langsung ke lokasi, repot bener. Kalo udah ngerasa cocok sama rumah tersebut, liat IDlisting-nya terus masukin deh ke kolom yang tersedia dan klik tombol kirim.

Kalo udah selesai, nanti bakal dikirim email yang isinya nomor registrasi. Email itu harus dicetak buat bukti sebagai peserta. Terakhir, rekomendasiin kontes ini ke minimal 5 teman. Enggak harus teman sih, istilahnya kerabat lah. Semakin banyak merekomendasikan, semakin besar peluang buat jadi 123 finalis. Sip!

Ini ada jadwal kontesnya, tahap dari awal sampai akhir. Biar gak ketinggalan.

1 Mei ~ 31 Juli 2012

  • Kontes dimulai pada 1 Mei dan ditutup pada 31 Juli 2012.
  • Pada periode kontes ini peserta melakukan “3 Langkah Mudah”.

1 Agustus 2012

  • Panitia mengumumkan nama 123 orang Finalis yang telah diundi dihadapan Departemen Sosial, Notaris dan Pihak Kepolisian.

6 ~ 24 Agustus 2012

  • Panitia memberikan tantangan kreativitas bagi 123 orang Finalis.

27 ~ 31 Agustus 2012

  • Panitia dan Dewan Juri menilai hasil karya tantangan kreativitas dari 123 orang Finalis.

15 September 2012

  • Pengumuman nama para Pemenang Hadiah Utama dan Hadiah Hiburan.
Baiklah, semoga pada bisa ikutan ini, dan siapa tau bisa menang rumah gratis. Eh, gua aja deh yang menang ya. Wohooo!

London Menyambut Olimpiade 2012

Olimpiade 2012 akan berlangsung sebentar lagi, terhitung mulai tanggal 27 Juli - 12 Agustus 2012. Tapi gaungnya sedikit kurang meriah mengingat saat ini euforia masyarakat luas tertuju pada Euro 2012. Bahkan warga London, yang notabene sebagai tuan rumah Olimpiade kali ini pun tidak terlalu antusias. Wah kok gitu?

Menurut tayangan video dari VOA berjudul "Warga London Tidak Antusias Menyambut Olimpiade" (09/06), besarnya biaya yang dikeluarkan menjadi salah satu alasan sebagian masyarakat London tidak menyukai Olimpiade ini. Mereka menganggap bahwa uang-uang yang dipakai untuk event tersebut seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal lainnya. Ada pula yang mengatakan kalau kota London sudah cukup sibuk selama ini, apalagi jika Olimpiade diselenggarakan. Tidak bisa terbayangkan ramainya ibukota Inggris tersebut.

Yang juga tidak menarik minat adalah maskot yang terlihat konyol dan merchandise Olimpiade 2012 itu sendiri. Terbatasnya tempat-tempat penjualan membuat merchandise sulit dicari. Pihak penyelenggara memang sengaja menjual merchandise official di toko-toko yang memiliki lisensi resmi. Tapi memang ada baiknya, karena distribusi barang jadi terkontrol dan lebih selektif. Kalau dijual bebas mungkin saja nanti akan ada merchandise palsu yang kualitasnya buruk. Tentu akan mengecewakan konsumen.

Wenlock dan Mandeville, maskot Olimpiade London 2012

Tapi di sisi lain tentunya banyak juga kok warga London yang antusias dan tak sabar menunggu Olimpiade 2012. Mereka bangga bahwa kotanya bisa menyelenggarakan event olahraga terbesar ini. "Saya akan mengatakan 'Saya ada di London saat Olimpiade diselenggarakan'", kata salah seorang warga. Tentu saja kota ini akan memiliki atmosfer luar biasa dan akan terasa beda dengan London di hari-hari biasa.

Karena event ini positif, gak ada salahnya warga mendukung penuh terselenggaranya Olimpiade 2012. Apalagi saat event berlangsung, pasti banyak warga dari pelosok dunia akan menginvasi kota London. Sebagai tuan rumah mereka harus menjadi panutan dan contoh untuk warga negara lain bagaimana cara menyambut dan memperlakukan tamu dengan baik dan ramah.

Tidak lupa, kita juga sebagai warga negara Indonesia harus mendukung perjuangan atlet-atlet kita di Olimpiade nanti. Semoga mereka mampu mempersembahkan yang terbaik dan mengharumkan negeri ini.

(sumber gambar via london2012.com: Newcastle and Gateshead - Wenlock & Mandeville)

Ditodong

Halo halo halo woi woi woi huba huba huba!
Heboh banget. Ini gara-gara Kamis kemaren (14/06) hape gua dicomot anak alay di depan kompleks Senayan. hahaha kampret emang. Ceritanya begini.... *backsound jingle Paddle Pop*

Hari Kamis gua dikabarin temen kalo gua bisa dateng nonton Indonesia Open 2012 di Istora Senayan karena tiketnya udah ada. Setelah laporan dan izin ke orang tua, maka berangkatlah gua ke Jakarta dengan menggunakan KRL. Seperti biasa kalo mau ke GBK selalu naik KRL sampe Stasiun Kota dan lanjut naik TransJakarta sampe shelter Gelora Bung Karno.

Begitu juga dengan saat itu. Ketika gua udah sampe depan GBK, dan baru turun dari jembatan penyebrangan, di situlah dua orang nyamperin gua. Mereka juga ngenalin diri segala. Yang ceritanya jadi korban namanya Deni. Temennya Blek.

Dari awal gua udah sangat yakin banget sekali kalo itu adalah orang-orang yang mau ngerampas gua dengan modus-modus yang ga masuk akal. Mereka nuduh gua salah satu komplotan yang nyerang si Deni pake batu bata di deket fX. Men, gua baru banget turun dari TransJ. Dan secara logika, kalo gua nyerang mereka ya otomatis gua akan kabur jauh-jauh. Gua berusaha membela diri. Tapi semakin gua membela diri, mereka makin gak seneng.

"Lu gak usah ketakutan gitu, emang gua mau ngapain?! Gua cuma dapet laporan, lu temennya yang nabok gua pake bata. Baju merah terus pake jaket kayak lo gini."

Jelas aja gua terus membela diri dan bilang tujuan gua dateng ke sana. Dia makin sok dan ancang-ancang mau ambil piso dari balik kantong belakang celananya. "Kalo gua udah kalap sih udah gua tusuk lo."

Sebenernya di sana banyak juga orang lewat dan ngeliat kejadian itu karena TKP-nya di pinggir jalan. Entah pada cuek, entah gak ada yang curiga, entah gak berani, jadi ya gua terus dicecer sama anak alay.

Gua sempet disuruh tulisin alamat lengkap sama nomor hape di bungkusan rokok. Dan dia udah siap pulpen gitu. Lalu gua ditanya asal orang tua. Sebagai orang jujur dan berbudi pekerti luhur ya gua jawab dengan terus terang.

"Bokap asli Bogor, nyokap Bandung."

"Oh Bandung! pantesan ... (gua lupa dia ngomong apa. entah belagu, atau apa yang jelas di sini dia merendahkan). Berarti lu anak Piking ya."

"Hah? apaan?"

"itu Piking yang suka ribut ama dejek."

Untungnya masalah ini gak diperpanjang. Sebenernya gua bisa aja bersikap ofensif dan ambil kesempatan buat kabur. Tapi sebagai pendatang gua mesti sadar diri. Bisa aja di area situ memang ada komplotannya yang udah siap melumpuhkan gua dengan segala cara kalo gua kabur. Gua ke Jakarta bukan mau setor nyawa sih. Biar deh barang gua diambil juga.

Pada akhirnya gua disuruh masukin jaket sama hape ke dalam tas gua sendiri. Mereka bilang cuma buat diamanin, soalnya biar ntar di pintu 1 (depan Hotel Atlet Century Park) gua gak akan diapa-apain sama temen mereka yang lagi ngumpul di sana. Udah gua masukin, si Deni ambil alih tas gua, dan dia yang berusaha teken-teken jaket sama hape biar lebih ke dalam lagi. Padahal gua udah yakin saat itulah momen dia untuk ambil hape dari dalem.

Si Blek di sini berfungsi untuk mengalihkan perhatian gua. Dia kasih gua kabel ties, yang biasa buat iket spakbor di motor. Diiketkanlah kabel itu dipergelangan tangan kanan gua. Tolong jangan ada yang bilang ini momen romantis.
Kabel ties semacam ini yang diiketin ke tangan dan tas gua

Blek nyuruh gua untuk perhatiin pas dia ngiket tangan sambil suruh bantuin. Sementara Deni terus berusaha nyari kesempatan buat ambil hape. Ada momen di mana setelah merogoh-rogoh isi tas, tangan Deni langsung diumpetin ke belakang, tapi seolah dia mau ambil piso sambil masih ngancem gua. Yakinnya sih pas di situlah hape udah ada di belakang celana dia.

Kemudian tas gua diiket pake kabel ties itu sehingga sletingnya ga akan bisa kebuka. Gua disuruh segera pergi ke Istora, dan kalo ada temennya yang cegat gua harus bersikap sopan dan bilang kalo gua udah diamanin di depan sama Deni dan Blek.

Berjalanlah gua dengan langkah yang sedikit gontai ke arah pintu 1. Dan gua udah pasrah dengan apa yang terjadi. Sempet gua laporan ke satpam di pintu 1, tapi ga ada yang bisa mereka lakuin. Gua cuma minjem hape salah satu dari satpam itu buat kabarin ortu di rumah.

Setelah itu gua masih bisa masuk nonton Indonesia Open setelah kontak temen gua via twitter pake gadget yang gua pinjem dari salah satu kru Indonesia Open di sana. hehehe.

Buat kalian terutama yang memiliki tampang cengok polos dan berpotensi diapa-apain orang kayak gua, jangan sering-sering jalan sendirian di Jakarta. tetap waspada, karena ibu kota bener-bener gak memberikan rasa aman bagi penduduknya. Entah Foke dan polisi-polisi terlalu sibuk ngapain.

Ngandang di Siliwangi

Tanggal 2 Juni gua harus ke Bandung untuk mengikuti ujian masuk Unikom pagi hari dan di hari itu pula sorenya Persib akan bertanding di Siliwangi. Tentu itu adalah kesempatan nonton langsung ke stadion yang tidak bisa gua hindari. Maka 2 hari sebelumnya gua udah pesen tiket Persib ke mang @masbox, dedengkot Bobotoh Kaskus.

Pada hari Sabtu itulah, setelah mengerjakan soal-soal ujian, akhirnya gua bisa nonton Persib di Siliwangi. Uhh cenengnya. Sebenernya pernah nonton Persib, tapi di si Jalak Harupat pas lawan Persita di tahun 2008. Pernah juga ke Siliwangi, tapi waktu nonton uji tanding timnas Indonesia vs Yaman di tahun yang sama. Dibanding Stadion si Jalak Harupat yang memiliki kapasitas penonton lebih banyak, Stadion Siliwangi dianggap lebih istimewa untuk kebanyakan bobotoh. Pokoknya atmosfernya berbeda gitu deh.

Di pertandingan yang sekaligus menjadi satu persembahan untuk Alm. Rangga Cipta Nugraha (korban pengeroyokan di GBK 27 Juli lalu), Persib tampil sangat termotivasi sehingga bisa taklukan Mitra Kukar dengan skor telak, 5-0. Tiga gol dicetak di babak pertama lewat kaki Radovic, Atep, dan sundulan Noh Alamsyah (Along). Dua gol lainnya disumbang di babak kedua oleh Marcio.




Performa tim yang terus membaik dan konsisten diharapkan dapat membawa Persib Bandung terus melesat ke 3 besar sambil berharap tim lain terpeleset. Kabar baik lainnya, gua diterima kuliah di Bandung. Dengan begitu, akan banyak kesempatan untuk gua bisa berkumpul dan nonton Persib bareng akang-akang Bobotoh Kaskus yang penuh gelora dan cemungudh.


(photo by: mang @ichalviking)

Mengembara

Sudah hampir dua bulan gua tinggal di Pare-Kediri. Kalo ada yang belum tau kenapa gua bisa ada di sini, gua lagi ikutan program pertukaran antara pelajar dengan rokok kretek. Bhahahak kagak deng. Di Kediri emang terkenal dengan Gudang Garam, produsen rokok yang cukup besar. Tapi bukan itu alasannya.

Gua di Kediri dalam rangka belajar bahasa Inggris selama 3 bulan. Tepatnya di daerah Pare, ada sebuah desa bernama Tulungrejo yang disebut dengan Kampung Inggris. Wow, apa itu? Kampung para Bule? Kampung bernuansa British?

Sebutan 'Kampung Inggris' diberikan karena di daerah ini terdapat banyak tempat kursus bahasa Inggris. Ralat, buaaaaaanyak tempat kursus bahasa Inggris. Itu sebabnya desa ini lebih tepat disebut 'Kampung Kursusan Inggris' mungkin.

Sebelum gua ke sini, banyak yang bilang Kampung Inggris ini memang dikondisikan semuanya menggunakan bahasa Inggris. Baik yang belajar, pengajar, warga setempat seperti penjaga warung, tukang bakso, tukang gado-gado, atau tukang becak.

Tapi nyatanya gak seperti itu. Semua normal. Pertama gua sampai, tukang becak masih bicara pake bahasa Jawa. Kalau ada yang ngomong bahasa Inggris, kemungkinan dua; 1. memang jago, 2. Kemasukan arwah John Lennon.

Jika lo berniat kursus di sini, minimal ambil program 2 minggu atau sebulan lah. Karena sayang kalau jauh-jauh ke Pare cuma seminggu. Mending kursus di kursusan dekat rumah lo aja sono! Loh maaf, kok malah emosi. -_-

Kadang banyak pilihan itu enak, tapi kadang membuat bingung. Kata orang sih di sini ada sampe 100-an tempat kursus Inggris. Itu sih kata orang lain ya, gua mah gak ngitung. Ribet.

Seperti layaknya Yin dan Yang, di daerah sini terbagi menjadi dua bagian. Ada bagian Barat dan Timur. Nyambung gak sih? Ya pokoknya gitu. Setau gua, wilayah barat dan timur dibatasi oleh sebuah sungai.

Di bagian barat bisa dibilang pusat keramaian. Terdapat lebih banyak tempat kursus dibanding di timur. Juga banyak tempat makan dan harganya relatif lebih murah.

Nah, gua sendiri ambil les di DECFN (Dynamic English Club Flamboyan 9) yang berada di daerah timur. Situasi yang berbeda dengan barat, di sini bisa dibilang lebih sepi karena tempat kursusnya masih bisa dihitung dengan jari tangan dan jari kaki. Kalo kurang, minjem jari temen. Walaupun sepi tapi lingkungannya cukup kondusif. Cukup mudah juga bersosialisasi dengan warga sekitar sini.

Untuk lokasi hiburan di Pare, mungkin gak banyak. Di daerah barat dekat dengan yang namanya Garuda Park. Gua belum tau nikmatnya nongkrong di sana. Yang gua tau di sana ada semacam patung garuda. Gak terlalu besar tapi gak kecil juga. Kalo kecil mungkin namanya patung perkutut. Dan, yak... Nama tempatnya jadi Perkutut Park. Whatever.

Sementara jika di timur, mengarah ke selatan, ada Alun-Alun Pare. Tempat nongkrong-nongkrong yang dihiasi banyak pedagang. Kalau mau agak jauh lagi, ke arah utara ada Surowono. Di sana ada candi, goa, dan kolam renang. Tiket masuknya juga murah. Cuma 3.000 rupiah. Apa? Mau yang lebih jauh lagi? Ke Lumpur Lapindo sekalian gih.

Atau di Kediri pun ada sebuah bangunan terkenal mirip L'Arch de Triomphe yang ada di Prancis. Orang-orang menyebutnya Simpang Lima Gumul (SLG). Di dekatnya situ ada WaterBoom.




Cukup ya? Oke, sekadar saran buat yang mau ke sini.

- Seperti yang gua bilang, mending ambil program yang jangka waktunya agak lama biar gak nanggung. Cuma bisa seminggu? Yaudah gua ngerti kok, tapi nanti jangan diulang yah (?)

- Kalau bisa, cari kursus yang juga menyediakan camp. Jadi lo gak nge-kos. Di camp itu selain tempat istirahat, juga ada program tambahan dan biasanya diharuskan berbahasa Inggris dalam keseharian. Lumayan untuk menunjang dan membiasakan diri.

- Datanglah ke sini bersama teman. Gak harus sih, tapi ini cukup penting untuk membantu proses adaptasi dan belajar. Di lingkungan baru kan kadang kita butuh teman yang udah dikenal biar enak. Kalaupun cuma sendiri, jangan khawatir selama masih ada aku di sini. Emmuach! *sediain ember buat yang mau muntah*

- Buka website http://kampung-inggris.com/ untuk info lebih lanjut.

Sampai di sini saja review-nya, SEKIAN DAN TERIMA KASIH SAYANG!

Terpaksa Puasa Lagi

Enggak, postingan ini enggak ada hubungannya dengan tidak boleh makan dan minum di siang hari. Tapi ini tentang sepakbola Indonesia. Ya, kita harus rela kembali berpuasa gelar karena timnas U-23 kita gagal meraih emas SEA Games setelah dikalahkan Malaysia lewat adu penalti. Final kemarin seharusnya menjadi momen untuk Indonesia mengakhiri paceklik gelar. Yang terjadi malah mengecewakan. Bahkan lebih parahnya lagi, 2 suporter tewas akibat penuh sesaknya Gelora Bung Karno di laga puncak itu.

Tetap semangat, garuda muda. Jalan masih panjang. Ayo Indonesia bisa!

Gue sendiri gak akan terlalu menyalahkan para pemain ataupun pelatih atas kekalahan ini. Karena gue yakin mereka sudah memberikan yang terbaik dan berjuang mati-matian. Rahmad Darmawan sebagai pelatih pun sudah memasang strategi-strategi yang brilian untuk timnya. Masalah utama terletak pada PSSI. Kenapa harus PSSI?

Kompetisi dalam negeri yang bobrok dan sudah lama tak berjalan mungkin bisa menjadi penyebabnya. Bahkan menurut bang Hedi di blog-nya, kesalahan mendasar pemain juga tanggung jawab klub-klub lokal. Seperti misalnya bagaimana pola dan organisasi permainan yang diterapkan. Di Indonesia, direct ball sudah biasa terjadi. Dari bek langsung di umpan ke lini depan. Jarang, atau mungkin tak ada klub yang memiliki pola permainan umpan satu-dua secara konsisten. Permainan ini menular ke timnas.

Kita lihat bagaimana lini tengah timnas seolah gagap dalam melancarkan sebuah proses serangan. Seperti yang dikutip dari twitter Bang Pange, "Achilles heel kita itu kemarin jelas lini tengah. Bukan cuma pas final, tp sepanjang turnamen". Egi Melgiansyah dan Dirga Lasut yang mengisi pos tersebut di final bermain seperti tanpa pola. Tidak berbeda dengan para seniornya, mereka lebih sering mengirim umpan lambung ke Octo, Andik, atau Tibo yang biasa menyisir sisi lapangan. Pun begitu dengan para bek.

Mungkin mereka ingin memanfaatkan sektor sayap yang begitu rajin memporakporandakan pertahanan lawan dengan mengandalkan kecepatan. Tapi itu tidak efektif. Tetap harus ada pergerakan signifikan di daerah tengah untuk mengontrol bola. Jarak antar pemain seharusnya tidak terlalu jauh agar bisa saling mengumpan dengan baik.

Sekali lagi, gue gak bermaksud menyalahkan para pemain dan jajaran pelatih. Gue justru berterimakasih kepada perjuangan mereka. Membuat para suporter begitu antusias, hampir seluruh lapisan masyarakat bersatu karena aksi garuda muda yang penuh semangat bermain. Mereka masih muda, perlu diarahkan lagi agar tampil lebih baik lagi.

Di luar itu semua kita patut mengapresiasikan timnas Malaysia. Bermain di hadapan suporter musuh bebuyutannya yang terus melontarkan kebenciannya, para pemain mereka tampil cukup tenang. Tanpa mental yang baik, mungkin mereka udah dibantai. Ini skuad yang katanya udah dibentuk selama satu tahun kalo gak salah. Jadi, pembinaan terhadap pemain muda itu sangat penting. Indonesia harus melakukan itu. Ayo Indonesia bisa!

Hadiah dari simPATI

Sabtu (19/11), tepat sehari setelah gue ulang tahun *ciyeee*, gue kembali menyambangi Gelora Bung Karno untuk mendukung timnas Indonesia U-23 di semifinal melawan Vietnam. Kali ini gue dapet dua tiket gratis dari @simPATI. Sekali lagi, DUA TIKET GRATIS! Itung-itung sebagai hadiah ulang tahun. Seharusnya ini gue manfaatin buat ngajak cewek nonton berdua. Tapi karena jomblo dan gak ada harapan ngajak cewek lain, ujung-ujungnya gue ajak temen gue yang cowok. Blah.

Momen untuk menyaksikan langsung lolosnya Garuda Muda ke final ini nyaris gagal terjadi. Gue telat dateng ke GBK. Karena dari pihak simPATI minta gue untuk dateng paling lambat jam 5 sore untuk ambil tiketnya. Sedangkan jam 5 itu gue masih di daerah Karet. Tapi untunglah orang dari simPATI-nya itu yang bernama Nia masih berbaik hati nungguin gue, walau katanya udah kesel pengen pulang, udah hampir jam 6 soalnya. Muupin akoh ea Kak Niaaaa... :'))

Oh iya, tiket yang gue dapet ini tiket VIP Barat. Lalu gue masuk, dan ternyata di VIP barat di sisi kanan itu penuh. Dengan memohon dan meminta bantuan ke panitia, akhirnya gue pindah ke VIP barat yang di sisi kiri. Di situ memang masih terlihat beberapa bangku kosong. Alhamdulillah dapet bangku.

Sekitar pukul 19.30 dimulailah pertandingan yang berjalan ketat ini. Lebih ketat dari celana jeans yang gue pake saat itu. Bukan sekadar pertandingan yang menyuguhkan strategi atau permainan indah, tapi juga trik-trik yang kadang menyulut emosi.

Kalian tau saat kiper Vietnam -yang gue pun susah menyebutkan namanya- itu cedera? Entah dia benar-benar cedera atau tidak, yang jelas dia sangat mengulur waktu. 5 menit lebih ia mendapat perawatan di dalam lapangan. Sudah bangun, kembali jatuh lagi meringis kesakitan. Pelatih Vietnam saat itu tidak berupaya keras untuk mengganti si kiper, padahal dalam 'acting-nya' saat itu sang kiper sudah terlihat seolah beberapa detik lagi ia akan menghembuskan nafas terakhirnya.

Di babak kedua pun terjadi lagi. Kali ini pemain Vietnam bernomor punggung 8, yang juga gue gak tau dan gak mau tau namanya. Dia terjatuh dan kembali mendapat perawatan di dalam lapangan. Wasit sudah seharusnya menyuruh tim medis untuk merawatnya di pinggir lapangan agar permainan bisa terus berlangsung, tapi ini tidak. Saat itulah para suporter meneriakkan "WASIT GOBLOK... WASIT GOBLOK..." Gue yang biasanya kalem pun tersulut emosinya.

Tapi syukurlah Patrich Wanggai dan Titus Bonai bisa mencetak gol dan membawa timnas ke final untuk melawan Malaysia. Yah walapun sayangnya di final Indonesia kembali gagal meraih juara, tapi perjuangan mereka patut diacungi jempol.

Terima kasih, Garuda Muda. Terima kasih, simPATI!



Tradisi Juara dan Regenerasi

Di gelaran SEA Games tahun ini, tim bulutangkis putri Indonesia kembali gagal mempersembahkan medali emas. Di final mereka dikalahkan Thailand 3-1. Hanya pasangan Nitya/Anneke yang mencuri poin melawan ganda Thailand, Aroonkesorn/Kunchala.

Tapi hal positif ditorehkan tim putra Indonesia malam tadi (15/11). Bermain di hadapan ribuan suporter yang memadati Istora, Tommy Sugiarto dkk. berhasil menyumbang emas dengan mengalahkan tim putra Malaysia 3-1 di final. Ini sekaligus mempertahankan raihan mereka di SEA Games 2009 lalu di mana saat itu mereka meraih medali emas dengan menghadapi lawan yang sama di final.

Indonesia mempertahankan medali emas SEA Games di nomor beregu putra

Poin Indonesia disumbangkan oleh Simon Santoso di partai pertama dengan menumbangkan Daren Liew dua set langsung, 22-20 dan 21-12. Pertarungan sengit dan menegangkan terjadi ketika Bona/Ahsan berjuang keras menghadapi pasangan Malaysia, Lim/Goh. Bermain hingga set ketiga, Bona/Ahsan harus mengakui keunggulan lawannya 21-18, 15-21, 25-23.

Dengan dukungan dan teriakan 'Ayo Indonesia Bisa!' dari suporter yang hadir, Tommy Sugiarto melibas perlawanan Moh. Arif dalam permainan dua set 21-13 dan 21-17. Kemenangan Indonesia sendiri ditentukan oleh pasangan Kido/Hendra dengan mengganyang Mak Hee Chun/Ong Soon Hock lewat dua set, 21-10 dan 21- 14 dalam waktu setengah jam.

Malaysia yang di tahun ini tidak membawa Lee Chong Wei, mempercayakan posisi-posisi utama kepada pemain muda. Mereka bertaruh untuk regenerasi, tentunya demi masa depan perbulutangkisan di negeri jiran tersebut. Indonesia sendiri masih mempercayakan pemain-pemain langganannya seperti Simon ataupun Kido/Hendra. Bahkan Taufik Hidayat pun masih dimainkan ketika berhadapan dengan Thailand di semifinal.

Sudah saatnya Indonesia memunculkan lagi atlet-atlet berkualitas lainnya terutama untuk tunggal baik putra maupun putri. Simon Santoso, pemain muda yang sebenarnya cukup menjanjikan. Hanya saja performanya yang angin-anginan membuat ia tampak belum bisa menjadi andalan. Tommy Sugiarto dan Hayom Rumbaka mungkin tinggal menunggu waktu saja. Sedangkan di ganda putra, Bona/Ahsan sudah mulai menggeser dominasi Kido/Hendra. Di belakangnya masih ada Ryan/Angga yang cukup memukau di Indonesia Open beberapa bulan lalu.

Sementara untuk putri, belum ada generasi emas yang mampu tampil apik seperti Susi Susanti atau Ivana Lie. Maria Kristin dan Adriyanti Firdasari belum bisa berprestasi. Mereka lebih sering berkutat dengan cedera. Sementara pemain muda seperti Maria Febe, Linda Weni, atau Ana Rovita penampilannya tidak menonjol. Di posisi ganda putri mungkin lebih baik. Di sana terdapat nama-nama seperti Vita Marissa, Lilyana Natsir, maupun Greysia Polii. Tapi generasi setelahnya masih belum muncul.

Indonesia masih menunggu srikandi-srikandi
bulutangkis berprestasi penerus Susi Susanti


Kita menunggu lahirnya pemain-pemain yang akan menjadi andalan Indonesia untuk meruntuhkan hagemoni pemain-pemain China di dunia bulutangkis ini. Tentunya dengan pembinaan yang terkontrol dan juga menambah jam terbang atlet-atlet muda. Ayo Indonesia Bisa!