[part 2] FIKOM SATU!

FIKOM SATU! FIKOM! FIKOM! FIKOM!

Yel-yel itu bergema di lapangan futsal Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Ya, Alhamdulillah gua masuk Fikom Unpad lewat jalur SNMPTN 2012.

Hoki. Gak pernah gua duga sebelumnya bakal lolos. Banyak orang yang mau ikut SNMPTN harus les intensif segala, sedangkan gua enggak sama sekali. Ketika itu gua sempet ngetwit, “Kayaknya komputer aja ketawa meriksa kertas ujian gua”. Di situ gua gak yakin dan gak terlalu berekspektasi buat lolos SNMPTN.

Ospek fakultas pada hari Kamis tanggal 2 Agustus 2012 itu dimulai pukul 05.00 WIB. Banyak mahasiswa baru (maba) yang masih ngantuk karena abis sahur dan suhu udara di Jatinangor dingin banget jam segitu. Tapi apa boleh buat, senior-senior sudah dikondisikan untuk galak dan maba gak berani ngeyel atau mengelak. Oh ya, seluruh maba laki-laki rambutnya harus dibotakin. Dan saat semua berkumpul, kami terlihat seperti rombongan jamaah haji. Labaikallahumma laibaik!

Ketika baris, senior mengharuskan kami untuk bersikap sempurna layaknya anak pramuka. Tapi gua jawab dengan tegas, “Maaf, kak! Saya tidak bisa sikap sempurna! Karena kesempurnaan hanya milik Allah subhanahu wata’ala!”. Tapi boong. Ntar gua disangka Bunda Dorce. Kan gak cihuy.

Semua berjalan layaknya ospek biasa, ada tim senior yang tugasnya muji dan baik-baikin, ada tim senior yang tugasnya bentak dan galak-galakin, ada lagi tim senior yang tugasnya muji sekaligus ngebentak juga. Tim terakhir ini selalu nongol di akhir ospek tiap hari buat ngasih tugas berupa karya tulis. Dan kadang itu gak manusiawi. Tugas banyak dan harus selesai keesokan harinya. Tapi ini semua belum seberapa, nanti pada waktunya kalo gua udah jadi jurnalis (aamiin) mungkin pressure-nya bakal lebih parah. Glek!

Ospek pun berakhir di hari ketiga. Enggg, sebenernya masih bakal terus berlanjut sih, tapi setelah libur lebaran. Ya doain aja semoga ospek ke depannya berjalan lancar. Juga termasuk perkuliahan gua nantinya lancar selancar-lancarnya kayak jalan tol di tahun 1832, dan cepet lulus. Lulusnya dengan gelar sarjana loh yak, bukan karena di drop out!

[part 1] Next Stop!

Hola.. Como Esta?

Salah satu kalimat sapaan latin yang gua pelajari dari Dora The Explorer. Terlihat cemen.

Selama seminggu gua udah gak pernah tau berita yang lagi tren. Seperti ciamiknya Usain Bolt di Olimpiade London 2012 dan berjayanya klinik Tong Fang di tanah air. Ini semua gara-gara ospek kampret. Eh, tapi menyenangkan kok! *langsung diralat, takut ditoyor senior*

Di saat temen-temen yang seumuran udah mau masuk semester 4 di perkuliahan, gua baru jadi mahasiswa tahun ini. Gua yang memutuskan sekolah dengan program Homeschooling (sehabis ‘nyobain’ setaun di SMA negeri), harusnya sih tahun lalu udah bisa kuliah. Tapi telat daftar ujian paket C, jalan satu-satunya anak homeschooling buat dapet ijazah setara SMA. Jadinya gua daftar untuk ujian di bulan Oktober 2011. Dan Alhamdulillah, walaupun gak belajar dengan giat dan gak pernah makan sozis so nice menjelang ujian, gua bisa lulus dengan beberapa nilai mata pelajaran yang pas-pasan. Muihihihi.

Selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah kampus mana yang harus gua pilih untuk kuliah. Dari awal gua udah gembar-gembor bakal pilih jurusan IT. Maka gua carilah info-info mengenai kampus mana aja yang ada jurusan IT-nya. Pilihan gua jatuh ke universitas swasta di daerah Margonda. Sampai saat itu sama sekali gak berpikir mau kuliah di perguruan tinggi negeri. Sama sekali.

Tapi gua tetep nyari info. Karena ternyata gua masih bingung menentukan jurusan antara Sistem Informasi atau Manajemen Informasi. Gua sendiri cuma tertarik buat nyentuh seputaran web doang gara-gara pernah kursus web design. Fakta lainnya, nyokap gua gak menyarankan untuk ambil kuliah di daerah Jakarta mengingat sebegitu peliknya kota tersebut terutama kekacrutan dalam transportasi, dalam hal ini KRL yang bisa bikin orang ganteng berubah jadi bandeng presto begitu keluar dari gerbong. Mau ngekos pun sayang banget karena jarak Bogor-Jakarta (atau Depok) itu gak jauh-jauh amat, cuy.

Meskipun tidak ada paksaan dan tetap menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada gua, nyokap menyarankan gua kuliah di Bandung. Walaupun lebih jauh, tapi di sana banyak keluarga nyokap yang membuatnya gak terlalu khawatir. Sementara, berkat iklan sebuah kampus IT di koran pagi, bokap menyarankan gua kuliah di Jogja. Beliau menganggap Jogja adalah tempat pendidikan yang nyaman dan biaya hidupnya tergolong murah. Faktanya emang begitu, kan.

Di tengah kebingungan melanda, sementara saat itu sudah bulan Mei (harusnya gua udah daftar kuliah!), gua pun memutuskan untuk melupakan IT dan beralih ke DKV (Design Komunikasi Visual). Gua dapet wangsit setelah mengingat sodara gua kuliah di jurusan DKV sebuah universitas swasta di daerah Dipati Ukur Bandung. Dan emang gua tertarik dengan design meskipun masih kacrut. Maka bulatlah sudah keputusan gua untuk mendaftar di universitas tersebut. Sampai saat itu sama sekali masih belum berpikir mau kuliah di perguruan tinggi negeri. Sama sekali.

Singkat cerita setelah daftar, ternyata uwa gua menyarankan supaya gua coba peruntungan di SNMPTN untuk masuk Universitas Padjadjaran. Di situlah gua mulai goyah. SNMPTN? Unpad? Sepulang daftar dari Bandung gua pun mencari informasi bagaimana cara ikutan SNMPTN dan apa aja jurusan yang menarik di Universitas Padjadjaran. Setelah kasak-kusuk, ternyata pendaftaran untuk ikut ujian tulis SNMPTN masih terbuka dan gua pun memilih Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran sebagai target utama.