Ber-Twitter Ria versi Apis

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Jama'aaaah.... heeeei.... Oooh Jama'aaaah....

Terdengar suara 'ustad' ngondek dari tivi. Yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan apa yang mau saya bahas di sini. *matiin tv* *pake remote AC*

Oke, sesuai judulnya, kita akan membahas twitter atau cuideeer (seperti apa yang @cincaulaura katakan). Dan lebih spesifiknya lagi, gue akan share bagaimana cara-cara gue ngetweet biar gak lebay atau annoying (menurut guweeeh).

Postingan ini bukan untuk menyuruh kalian untuk ikutin apa yang gue jabarkan di bawah. Tweet kalian adalah milik kalian. Bebas :D

1. id twitter: @haviiz;
Yoih, id twitter gue cukup singkat, mudah diingat. Gak perlu panjang-panjang seperti di Facebook! Karena ini mempengaruhi jumlah karakter jika tweet gue di Retweet orang lain. Sayang kalo tweet lo bagus tapi tidak retweetable. Kecuali orang lain meretweetnya pake fitur new retweet.

Contoh: Kelebihan 55 karakter karena username kepanjangan

2. Gunakan moment yang tepat saat nge-tweet;
Jelas, anda terlihat aneh jika nge-tweet "Selamat hari natal!" di hari raya Idul Fitri. Kecuali jika kedua moment itu hadir pada hari yang sama.

3. Menggalaulah sewajarnya;
Jujur aja gue kalo galau suka liat situasi dulu. Abisnya maluuuuu hwahahahahah..... *dijejelin terong*
Daaan gue kalau galau paling cuma satu atau dua tweet. Itu juga biasanya dibumbui sedikit lucu-lucuan yang sebenernya errr.. gak lucu juga sih. Dan biasanya cuma nge-tweet lagu menye doang. Juga kalau masalah galau ini, gue punya porosnya sendiri. Salah satunya @RadioGalauFM.

4. Akuh gak sukah kata-kata kasar;
Ya, tweeps. Gue sering banget baca timeline yang menggerutu atau mengumpat dengan cara kasar. Malahan di pagi hari gue udah disuguhin tweet-tweet semacam itu. Misalnya: "BABI! GUE TELAT!", "BIASA AJA DONG NJING!", dsb...
Jujur, gue juga kalau lagi emosi suka kalap. Tapi menumpahkannya lewat tweet bagi gue kurang sopan. Ah ya gue pernah mengumpat dengan kata kasar. Saat lagi nonton sepakbola Indonesia dan wasitnya terlalu banyak bikin keputusan yang salah. Itu dia :P

5. Bercakap menggunakan fitur reply;
Gue salah satu user twitter yang kurang sreg baca tweet yang RT-nya bertumpuk hanya dari 2 orang yang saling bercakap. Gini contohnya:


Kecuali jika memang percakapan kalian penting sekali atau minimal cukup penting. Biar orang lain bisa baca. Gini contohnya:
----------------------------------------------------------------------------------
Nah! thanks -> RT @orangpinter: Menurut yang gue baca, ibukota Indonesia itu Jakarta. RT @haviiz: Ibukota Indonesia apa ya, tuips? #seriusnanya
----------------------------------------------------------------------------------

6. Hindari tweetlonger dan sejenisnya;
Ini sangat gue hindari. Dulu, gue cukup sering pake tweetlonger. Tapi gue menyadari bahwa tweetlonger bukan cara yang efektif untuk menulis panjang. Pesan dalam tweet kadang tidak sampai karena terpotong, dan bisa menyebabkan salah paham.

Pacarku, @si_unyugituh sangat cantik. Gue seneng banget bisa jadian sama dia. Low profile. Enak diajak ke mana-mana. Dan bego (cont) http://tl.gd/5hiT

DANG!! si cowok pun dengan mengenaskan diputusin ceweknya karena si cewek merasa dirinya dikatain BEGO di tweet ini. Padahaaaaaal, aslinya begini:

Pacarku, @si_unyugituh sangat cantik. Gue seneng banget bisa jadian sama dia. Low profile. Enak diajak ke mana-mana. Dan bego aja kalo gue selingkuhin dia dan mencampakkan dia dengan seenak hati. Gue sangat sayang dan cinta dia.

Ngerti kan? :P
Kalo emang gue mau nulis panjang, gue bisa bikin dalam dua tweet secara kontinyu. Atau kalo masih bisa disingkat, ya gue singkat. Twitlonger itu juga belom tentu bakalan orang lain baca karena ribet untuk buka link-nya lagi.

7. Gak maksain orang lain untuk follow;
"Follow back, plis." Demi meningkatkan jumlah follower, banyak yang rela 'mengemis' dengan kalimat itu. Jujur aja, gue pernah tiga kali minta follow back. Satu, ke Bang Ifan Seventeen. Dua, ke @roidtaufan. Tiga, @rennyfernandez.

Yang pertama dan kedua, gue minta follownya dengan nada bercanda. Dan itu cuma sekali. Bahkan ketika pada akhirnya mereka follow gue, gue pun bilang, "maaf cuma bercanda barusan. gak terpaksa kan ya? :/". Untuk yang ketiga, ini karena Kak Renny-nya sendiri yang menawarkan, "Siapa yang mau difollow?" Gue pun nyamber dan ternyata dia follow gue. Makasih ya kakak-kakak :P

8. Follow akun yang memang menyuguhkan tweet2 menarik;
Hal paling utama, akun tersebut mesti lucu. Ya minimal menghibur gitu lah. Karena ini juga bisa mempengaruhi mood gue. Sering banget gue ketawa cengar-cengir sendiri akibat dari timeline yang kocaknya sungguh terkutuk. Sisanya, gue follow temen, kerabat, dan saudara. Dan ada juga yang gue follow karena paksaan 'follow back' :P

Okay, cukup sekian! Cara-cara ber-twitter gue barusan sebenernya gak membuat gue otomatis menjadi sebuah akun yang dinikmati setiap tweetnya. Karena faktanya gue jarang banget direkomendasiin orang lain buat di follow mwahahaha. Dan mungkin ada sebagian follower gue yang nyesel banget udah follow gue. Berharap tweet gue menarik padahal gak penting. MAAFKAN DAKUH! :'))

Review: Terjebak Di Bawah Sadar

Permisiiii.... Posting ini harus bener-bener serius. Oke. Ehem.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya selaku pemilik blog merasa sangat terhormat ketika diberi sebuah buku secara cuma-cuma oleh penulisnya. Buku apa dan siapa penulis tersebut?

Buku berjudul "Terjebak di Bawah Sadar" ditulis pengarangnya, Luzman Rifqi Karami, dalam keadaan setengah sadar. Unik sekali. Bukan keinginan dia secara sengaja, tapi semata karena saat itu Kang Luzman dipengaruhi jin yang masuk ke dalam tubuhnya.

Jin ini bisa dibilang tidak terlalu jahat juga tidak terlalu baik, menurut pandangan saya. Lucunya, jin ini fanatik sepakbola juga khususnya klub AC Milan, sedangkan Kang Luzman adalah fans Inter Milan. Bertolak belakang dan pastinya selalu ada pergelutan hebat dalam tubuh Kang Luzman. Terdapat banyak rasa penasaran yang dimunculkan dalam buku ini sehingga kita berfikir, 'Apa yang akan terjadi selanjutnya?'.

Namun karena buku ini masih terbit secara independen alias self-publishing ada beberapa kekurangan. Belum begitu rapi dalam susunan penempatan tulisan. Dan untuk cover juga ternyata gambarnya pecah. Iya untuk cover memang saya yang buat, atau lebih tepatnya saya yang memberi warna dalam gambar, karena yang menggambarnya bukan saya. huehehe

Tapi jujur, isi dan makna yang terkandung sangat bagus. Makanya saya berharap buku ini bisa terbit di penerbit besar. Amiin. Semoga saja.