"Mamaaa.. Huhuhu.."

Ini kejadian waktu hari Selasa, 23 Agustus 2011. Sebuah penipuan yang meresahkan masyarakat sebangsa dan setanah air. Halah.

Jadi begini. Gue siang itu sekitar pukul 3 (ini masih masuk siang apa sore ya?) lagi gak berada di rumah, tetiba mendapat beberapa kali telpon (yang gak gue angkat) dan sms dari nyokap. Gue saat itu belum tau kenapa sampai dikontak bertubi-tubi gitu. Lalu gue bales lah sms dari nyokap. Gak telpon, karena gak ada pulsa buat nelpon. -_-

"Tunggu bu sholat dulu"

Lalu gue sholat ashar cukup gak karuan, karena mikir juga kenapa nyokap kayaknya penting banget gitu. Setelah sholat, barulah gue sms lagi,

"Kenapa bu?"

Saat itulah nyokap gue telpon.

Nyokap: Aa lagi di mana? gapapa kan? Kapan pulang?
Gue: Iya ini mau pulang kok.
Nyokap: Yaudah langsung pulang ya.
Gue: Iya, bu.

Gue pun langsung bergegas pulang. Maunya sih tancap gas kenceng-kenceng kayak Jorge Lorenzo atau Valentino Rossi biar cepet sampe, apa daya jalannya cuma bisa dilalui dengan kecepatan sepeda ontel.

Sesampainya di rumah, gue deg-degan. Masih belum tau apa yang membuat nyokap gue begitu khawatir akan anaknya yang mirip Christian Daratista ini, eh.. Bautista. Iya, Inul Bautista. lah kebalik-balik -_-

"Pis... hahahaha", kakak gue tiba-tiba negor sambil ketawa. Gue niatnya mau lari ambil air terus nyembur mukanya, takut dia kesambet. Tapi gak jadi. Ketawanya masih taraf wajar. Diceritainlah sama dia bahwa ternyata barusan nyokap dapet telepon dari seseorang yang mengaku polisi.

Gak lama nyokap nyamperin gue, bergerak menuju kursi, duduk, dan bercerita. Seperti Bu Kasur yang sedang akan mendongeng dihadapan anak-anak asuhnya. Beliau menceritakan percakapannya dengan 'polisi' tersebut. Kira-kira seperti ini.....


'Polisi': Halo selamat siang, kami dari kepolisian. Anak anda bersama kedua temannya kedapatan memiliki narkoba.
Nyokap gue shock, karena memang saat itu gue satu-satunya anak yang lagi di luar rumah. Tapi gak percaya begitu aja.

Nyokap
: Ini sekarang di mana? Motornya disimpen di mana?


Sampe sini gue sedih. Ternyata nyokap lebih khawatir sama motor daripada sama gue.


'Polisi'
: Di kantor polisi. Ibu namanya siapa? Anak ibu namanya siapa?


Nyokap
: Herawati. Anak saya Muhammad Hafizhuddin. Terus anak saya gimana?


'Polisi'
: Oh berarti bener. Barusan saya sudah kroscek dengan anak ibu. Dia di kantor polisi.

Nyokap: Coba sini saya mau bicara.

Diberikanlah telefon itu dari 'polisi' ke si 'Muhammad Hafizhuddin'.

'Muhammad Hafizhuddin'
: Mamaaaa... *sambil nangis* (lalu telefon itu diambil alih lagi sama si 'polisi'.)


'Polisi'
: Pokoknya ibu tenang aja, anak ibu sudah kami amankan.


Nyokap
: Gimana mau tenang, pak. Coba sini saya mau bicara lagi dengan anak saya.

'Polisi': Gini aja, barusan kami juga sudah menghubungi orang tua dari temen anak ibu. Mereka mau menyelesaikannya secara kekeluargaan. Jadi ibu bisa transfer uang *gue lupa nominalnya berapa* aja.

Dari sinilah nyokap gue udah curiga kalo ini cuma modus tipuan.

Nyokap
: Iya coba saya mau bicara dulu dengan anak saya.

Telefon pun kembali diberikan ke 'Muhammad Hafizhuddin'.

'Muhammad Hafizhuddin'
: Mamaaa....


DEG! Nyokap gue pun tersadar.


Nyokap: Sejak kapan anak saya manggil saya 'mama'?! (karena gue manggilnya Ibu. Bukan mama. huahaha)
Kemudian telefon pun ditutup dari sana.


Nyokap gue pun selesai bercerita. Kami tertawa. Dan membayangkan si penipu di sana berkata, "Kampreeeet... Salaaaah... malu guaaah...."

Setelah kejadian itu, setiap gue mau keluar rumah gue selalu bilang ke nyokap, "Ntar kalo ada telefon sejenis gitu lagi hati-hati aja ya, bu" :p

Tidak ada komentar: