Sumber Air Tak Terawat, Jatinangor Bisa Gawat



Ada yang tau salah satu elemen tereksis di dunia? Yak, air! Liat aja, air mendominasi sebagian besar komponen di bumi kita ini. Air juga merupakan satu kebutuhan penting bagi semua makhluk hidup. Tapi sekarang faktanya di beberapa titik, air udah langka, terutama air bersih. Terus, apa jadinya kalau air bersih susah didapat?


Hal itu terjadi di Kecamatan Jatinangor, daerah di mana saya sekarang tinggal sebagai anak mahasiswa. Memang enggak semua, ‘cuma’ di beberapa desa aja. Tapi gak mustahil kelangkaan ini bisa meluas, karena kan terus menerus dipakai. Apalagi kondisi Jatinangor sekarang udah ‘belagak kekota-kotaan’ dengan pembangunan yang meningkat. Jadi, banyak warga ngeluh akses air bersih ke rumah-rumah berkurang.

Sebenernya Jatinangor dulu itu daerah perkebunan dan persawahan. Dosen saya suatu waktu pernah bilang, nama Jatinangor sendiri berasal dari Bahasa Sunda yaitu ‘jatina ngora’ yang berarti (pohon) jatinya muda. Tapi asal-usul itu gak tau bener atau enggak, karena yang saya tau sih Jatinangor lebih dikenal dengan perkebunan karet. Masuk akal mungkin kalau namanya jadi Karetnangor. *Lah?! (--,)

Dengan lokasi di kaki gunung, pastinya Jatinangor juga gak kekurangan air bersih yang bisa diperoleh langsung dari sumber mata air. Tapi keadaan itu berubah drastis sejak negara api menyerang lima perguruan tinggi dibangun sekitar tahun 70-an. Mulai dari Ikopin, Universitas Padjadjaran, STPDN, dan Universitas Wiyana Mukti. Malahan sekarang Institut Teknologi Bandung juga lagi bangun proyek. Pada akhirnya kebun dan sawah disulap menjadi gedung-gedung kampus. Ini juga diikuti dengan pesatnya pembangunan fasilitas pendukung lain, misalnya mall, cafe, apartemen, atau wisma.

Banyaknya mahasiswa yang berdomisili di Jatinangor juga membuat daerah ini jadi daerah padat penduduk. Jelas aja efeknya permintaan air bersih sangat tinggi. Sayangnya air bersih yang ada mulai berkurang. Sumur yang dulunya gampang keluar air, sekarang kering. Parahnya, air dari PDAM Kabupaten Jatinangor juga sering macet. Padahal gak ada si Komo lewat *halah*. Selain macet, airnya juga keruh.

Pihak PDAM pun bikin sistem gilir air empat hari sekali (klik-galamedia.com, "Air Bersih Semakin Sulit", 6 Nov 2012). Mungkin karena memang udah langka, digilir biar semuanya bisa kebagian, gak ada yang dapat lebih. Nah, repotnya kalau air gak ngalir padahal lagi butuh banget. Terpaksa warga beli air galonan.

Kalau udah gini, ya mau gak mau warga harus cepet cari solusi terbaik, dan mahasiswa yang ada juga mestinya ikut bantu mengatasi masalah ini. Eh, pihak kampus juga (yang udah pakai lahan). Eh, pemerintah juga sih.

Begini, warga (termasuk mahasiswa yang mondok) harus benar-benar bisa menjaga kelestarian sumber mata air, jangan sampai tercemar. Kalau ada limbah, ayo gotong-royong kita bersihkan. Kalau ada Limbad, ayo mintain tanda tangan. Errr... salah pokus.

Kita juga harus bisa menghemat penggunaan air. Itu mungkin salah satu solusi tersederhana. Teman saya pernah pergi ke kampus ninggalin kosan yang terkunci dengan kondisi kran di kamar mandinya yang masih nyala. Itu sayang banget kan airnya banyak terbuang sia-sia.

Nah, pihak kampus, yang udah mengubah lahan perkebunan menjadi gedung, harus bisa bertanggung jawab memberi jalan keluar dari masalah ini. Karena katanya akses air dari gunung ke rumah-rumah warga itu terhambat gara-gara pembangunan itu. Keberadaan perguruan tinggi itu kan harus mampu memberi dampak positif untuk lingkungan sekitarnya.

Ketegasan dari pemerintah daerah juga harus ditingkatkan lagi. Pembangunan-pembangunan itu sebisa mungkin lah dibatasi. Apalagi pembangunan yang bisa menimbulkan banyak limbah seperti pabrik atau industri yang berefek besar bagi ketersediaan air bersih. Denger-denger di Jatinangor udah mau dibikin apartemen lagi. Aih, jangan sampai membuat lingkungan jadi makin gawat.

Jangan lupa juga untuk tetap melakukan penghijauan. Bersyukur, beberapa hari lalu (22/12) ada inisiatif dari mahasiswa-mahasiswi, yang bekerjasama dengan kampus dan pemda, untuk menanam sekitar 2000 bibit pohon di lahan kosong daerah Desa Cileles, Jatinangor (djatinangor.com, "Menanam 2000 Pohon Demi Melestarikan Alam", 23 Des 2012). Sebuah langkah positif yang patut untuk terus digiatkan.

Bicara teknologi dan air, Pureit adalah salah satu solusi praktis pengadaan air bersih untuk minum. Bukan basa-basi, karena saya pake produknya di rumah, muehehe. Pureit bisa mengkonversi air mentah (dan membunuh bakteri) menjadi air sehat yang siap dikonsumsi tanpa harus dimasak. Ya mungkin kalian udah pernah liat lah iklannya di tipi, baik tipi sendiri, tipi tetangga, atau tipi kelurahan.

Pureit punya empat tahap filtrasi. Pertama, air mentah harus melewati saringan serat mikro yang fungsinya untuk menghilangkan kotoran. Kedua, filter karbon aktif dengan fungsi sebagai pemusnah parasit dan pestisida yang berbahaya. Ketiga, ada teknologi yang bernama programmed disinfection. Itu untuk menghilangkan virus atau bakteri jahat yang tidak terlihat. Terakhir yaitu penjernih, ya fungsinya untuk menjernihkan air.

Water purfier Pureit menggunakan germkill kit untuk menghancurkan bakteri. Yang mesti diperhatikan, germkill kit ini harus diganti secara berkala, tergantung pemakaian si Pureit-nya. Normalnya sih katanya 6-8 bulan. Kalau yang di rumah saya udah sekitar tiga kali ganti sejak beli. Terus gimana caranya biar tau germkill-nya harus diganti apa enggak? Tenang ajeee, ada indikatornya kok kapan harus waspada, kapan harus siaga, dan kapan harus ganti. Lebih lanjut, coba deh cari info di pureitwater.com.

Nah, jadi begitulah kondisi Jatinangor sekarang. Musim kemarau, air kering. Musim hujan, malah udah mulai banjir juga. Mungkin banyak daerah di Indonesia bagian lain juga mengalami hal yang serupa. Kesadaran manusia sih yang paling utama untuk menjaga kelestarian air dan sumber daya alam lainnya. Sebenarnya solusi yang saya kasih di atas tadi itu solusi umum loh, yang mungkin semua tau, tapi sayangnya enggak serius dilakukan.

Ayo kita mulai dari diri sendiri, lalu tularkan kepada lingkungan sekitar! Huwooooh!

cakepan pureit-nye (--,)

Tidak ada komentar: